Pacaran Lagi, Yuk!

Mencuri waktu  untuk ‘berbulan madu’ dengan suami, bukanlah kemewahan, melainkan suatu kebutuhan. Romantisisme mutlak dibutuhkan sepanjang usia pernikahan.  

Sayangnya, banyak pasangan suami istri yang menempatkan urusan cinta dan romantisisme menjadi nomor kesekian. Buat mereka, kencan, kecupan-kecupan hangat,  dan ‘mesra-mesraan’, adalah aktivitas ‘aneh’ dan merupakan hak milik mereka si pengantin baru atau yang masih hangat-hangatnya pacaran. Setiap hari waktu sudah dikuras kesibukan bekerja, mengurus rumah, dan anak.

“Memiliki anak, terutama bagi orang tua baru, selain memberikan kebahagiaan, juga berpotensi mengundang konflik rumah tangga.  Pasalnya, memiliki bayi, menguras mental dan fisik, baik suami dan istri. Ketidaksiapan dan kelelahan berganti peran dapat menjadi pencetus pertengkaran. Bila dibiarkan berlarut-larut akan membuat salah satu atau keduanya mencapai titik jenuh,“ papar Ratih Ibrahim, psikolog dari Personal Growth.

Hal ini jelas membahayakan keharmonisan pernikahan. Karena itu membangkitkan romantisisme, mengingat kembali masa-masa pacaran, misalnya membicarakan kenangan romantis saat kencan, dilamar, atau berbulan madu, dapat membangun kedekatan emosional dan mengikis perasaan jenuh atau ditelantarkan.

“Pembicaraan romantis 10 menit, manfaatnya itu tiada duanya buat pasangan orang tua baru.  Mengenang hal yang seru dan indah, membuat istri bisa break sebentar dari rutinitas 24 jamnya sebagai ibu baru.

Di sisi lain, suami merasa tetap disayang dan dibutuhkan. Nuansa pacaran membuat relasi suami istri indah, memberi sensasi hangat di hati dan membuat hubungan perkawinan selalu di-refresh lagi hingga selalu fun,”  ujar Ratih.

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia