Stop Melakukan Kebiasaan Ini Saat Mengasuh Anak



Sebagai papa dan mama baru, Anda akan menghadapi banyak ‘kejutan’ yang membuat Anda bingung, dan tidak tahu harus berbuat apa. Jalan termudah yang biasa diambil adalah  mencari jawaban dari ‘dr. Google’, atau mengambil jalan keluar seperti di bawah ini. Namun,  Bill Bush, M.D., kepala dokter anak  Helen DeVos Children's Hospital,  Grand Rapids, Michigan,  AS, seperti dilansir www.parents.com, menyarankan orang tua untuk berhenti melakukannya.

1. Mencari saran dari internet
Saat Anda panik menghadapi anak yang sakit, hal pertama yang Anda lakukan adalah bertanya pada dr. Google. Apa yang Anda lakukan tak masalah, tapi sebaiknya pilih laman terpercaya,  misalnya www.idai.co.id yang berada di bawah pengasuh Ikatakan Dokter Anak Indonesia. Tapi, tetap saja Anda  tidak bisa memastikan apa yang dialami oleh anak dengan hanya lewat internet. Sebab bagaimana pun menurut Dr. Bush, diagnosis sebuah penyakit tetap perlu dilakukan oleh dokter ahli.

2. 
Buru-buru ke Instalasi Gawat Darurat
Menyaksikan si kecil jatuh dari sepeda dan keluar darah dari hidung dan mulutnya, pikiran buruk pun berseliweran di kepala Anda. Apalagi si kecil menangis menjerit-jerit. Anda segera membawanya ke Instalasi Gawat Darurat di rumah terdekat. Dan ternyata si kecil baik-baik saja, sementara Anda sudah mengeluarkan uang cukup banyak karena Anda tidak menggunakan kartu BPJS. Sebab, Anda tak ingin menunggu lama. Jika menghadapi kasus ini, bawa saja si kecil ke klinik yang dekat rumah atau ke dokter anak langganan

3. 
Minta antibiotik
Siapa, sih, yang tidak ingin anaknya lekas sembuh. Solusi gampang untuk itu adalah orang tua meminta dokter memberinya resep antibiotik, padahal tidak semua penyakit butuh antibiotik. “Antibiotik hanya diberikan untuk anak yang mengalami infeksi bakteri. Batuk dan pilek sama sekali  tak membutuhkan antibiotik, hanya memang butuh waktu untuk menyembuhkannya,” kata Dr. Bush. Ia mengingatkan,  memberi antibiotika terlalu sering akan membuat tubuh anak kebal dan sulit melawan penyakit.

4. Menolak vaksin 
Tak sedikit orang tua yang suka memberi anaknya obat, tapi mereka tidak memberi vaksin anaknya sesuai dengan jadwal yang sudah diberikan oleh dokter anak.  “Padahal sudah sangat terbukti,  imunisasi mencegah anak dari penyakit yang mematikan,” kata  Dr. Bush. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mewajibkan memberikan vaksin kepada anak  mulai dari usia bayi hingga Sekolah Dasar (SD) antara lain,  Vaksin Hepatitis B wajib diberikan kepada bayi baru lahir, vaksin  BCG untuk mencegah penyakit tuberkulosis (TB) dan Vaksin polio oral (Oral Polio Vaccine (OPV)) tipe 1 untuk melindungi tubuh dari virus polio yang menyebabkan kelumpuhan,  Vaksin campak, Vaksin Difteri Tetanus (DT), dan Vaksin HPV untuk mencegah kanker serviks terutama pada anak perempuan kelas 5 – 6 SD.

Baca juga: Kebiasaan Sehat Ini Dapat Kurangi Risiko Terkena Stroke 
 

5. Membiarkan ‘menikmati’ layar
Televisi, tab, dan telepon ada di sekitar kita. Terkadang, kita pun tergoda menjadikan perlengkapan itu membuat anak tenang dan terhibur dan diam agar Anda bisa melakukan aktivitas lain. Namun, daripada anak pasif duduk menonton, Dr. Bush menyarankan untuk mengajaknya  bermain di luar, bertemu dan bermain langsung dengan teman-teman berbagai usia.  "Hidup adalah tentang berhubungan dengan orang lain. Jadi, selalu dorong anak untuk bermain dengan temannya dibanding menonton,” katanya. Selain itu, Anda pun bisa berinteraksi juga dengan orang lain.
 

6. Melarang bermain di luar
Bermain di luar kerap dianggap kotor, banyak angin, dan kadang dingin. Dan itu bisa menyebabkan pilek. Padahal kenyataannya, menurut Dr. Bush,  pilek itu berasal dari kuman yang disentuh oleh anak, lalu anak menyentuh mata, hidung dan mulutnya. Jadi, kalau udara segar, beri anak kesempatan menghirupnya. Bahkan, sesekali hujan-hujannan, asal tidak lama dan segera mandi air hangat, tidaklah   masalah.
 

7. Malas cek kesehatan
Karena melihat anak baik-baik saja, Anda pun tidak merasa perlu untuk mengecek kesehatannya ke dokter. Ditambah Anda juga sibuk. Padahal  seperti kata pepatah, mencegah terutama gangguan kesehatan tertentu, itu lebih baik dari mengobati. Hal-hal yang perlu diperiksa, menurut Dr. Bush adalah mata, hidung, tekanan darah, dan gigi.
 

8. Membersihkan telinga dengan cotton bud
Niat Anda baik, ingin membuat telinga si kecil bersih. Lalu, mulailah Anda membersihkannya dengan cotton bud. Padahal, membersihkan dengan cara itu justu akan mendorong kotoran telinga semakin masuk ke dalam.  Akibatnya anak bisa menderita sakit telinga karena telinga mereka penuh dengan kotoran. Telinga sebenarnya bisa membersihkan dirinya sendiri melalui gerakan rahang saat anak mengunyah atau bisa diambil dengan jari secara ketika mandi, saat telinga dalam keadaan lembap.
 

9. Panik karena temperatur
Anda kaget bukan main ketika menyentuh dahi si kecil dan terasa panas. Jangan-jangan ia demam! Bayi hingga anak usia 5 tahun disebut mengalami demam bila suhu tubuhnya lebih dari 38°C. Suhu tubuh normal berkisar 36,5-37,5°C.  Untuk memastikan apakah ia demam atau tidak, Anda perlu mengukurkan dengan termometer. Jadi, sebaiknya, Anda menyimpan termometer di rumah. Tak perlu panik, karena demam merupakan reaksi atau mekanisme tubuh untuk bertahan terhadap masuknya benda asing atau parasit dalam tubuh atau bisa dibilang sebagai ‘alarm’ jika tubuh sedang melakukan ‘perlawanan’ terhadap adanya gangguan  infeksi atau perubahan lainnya. Penanganan demam bisa dilakukan di rumah dengan obat demam yang diresepkan oleh dokter. Namun, Anda perlu membawa anak demam ke dokter, menurut www.idai.co.id,  jika:
  1.  Ia berusia kurang dari 3 bulan
  2.  Berusia 3-36 bulan yang demam lebih dari 3 hari atau terdapat tanda bahaya
  3. Anak usia 3-36 bulan dengan demam yang tinggi (≥39°c)
  4. Anak semua usia yang suhunya >40°c
  5. Anak semua usia dengan kejang demam
  6. Anak semua usia yang demam berulang lebih dari 7 hari walaupun demam hanya berlangsung beberapa jam saja.
Anak yang demam juga bisa dikompres, tapi sebaiknya pakai air hangat, Karena, bila tubuh dikompres dengan air hangat, pusat suhu tubuh akan menerima informasi bahwa suhu di sekitar tubuh sedang hangat. Tubuh pun akan menurunkan suhunya secara otomatis. 

Baca juga: Terapi Redam Stres Lewat Hobi 

 
 

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia