5 Risiko Hamil Ketika Masih Menyusui


Sebenarnya, kalau sesuai obrolan dengan suami, Anda merencanakan kehamilan kedua beberapa tahun ke depan. Paling tidak, ketika anak  sudah di usia balita, sudah cukup besar dan mandiri sesuai usianya. Tetapi, manusia boleh berencana, toh, tetap Tuhan yang menentukan. Saat anak masih butuh banyak perhatian dan dalam masa menyusu, ternyata test pack Anda pagi ini berbicara lain. Ada dua garis merah. Anda hamil lagi!

Kejadian seorang mama hamil lagi di saat anak masih bayi, dalam bahasa Jawa disebut kesundulan, kerap kali menimbulkan kekagetan mama dan papa. Bukan semata karena di luar rencana, tetapi karena ada hal-hal lain yang harus dipikirkan secara serius. Di satu sisi, bayi masih kecil dan bergantung dalam hal ASI, perawatan, dan perhatian mama dan papa. Di sisi lain, kondisi tubuh mama, khususnya organ-organ reproduksi, sebetulnya belum pulih benar untuk beradaptasi dengan kehamilan baru.

ANTISIPASI RISIKONYA!
Berdasarkan penelitian di Amerika Serikat, kehamilan di bawah 12 bulan setelah melahirkan akan memiliki banyak risiko dibanding kehamilan yang direncanakan.

1. Risiko Bayi Tak Terurus
Penyebabnya, salah satunya, mama dan papa kelelahan, karena mengurus bayi yang masih sering bangun tengah malam minta ASI. Selain itu, kehamilan mungkin saja menyebabkan mama mengalami morning sickness dan kondisi-kondisi khas kehamilan lainnya.
Antisipasinya: Upayakan support system. Kalau selama ini Anda mengurus sendiri bayi Anda, mungkin bisa mulai dipikirkan untuk mencari pengasuh bayi untuk membantu Anda.

2. Pemberian ASI Eksklusif Gagal
Saat hamil kembali, tubuh memproduksi hormon progesterone, sehingga hormon menyusui menurun. Selain itu, rangsangan isap bayi pada payudara mama dapat memicu kontraksi rahim, yang berbahaya bagi janin dalam kandungan.
Antisipasinya: Konsultasi ke dokter atau konselor laktasi. Bila terjadi kontraksi terus-menerus, hentikan menyusui bayi Anda.

3. Bekas Operasi Meregang
Jika sebelumnya Anda melahirkan melalui proses operasi Caesar, ketika hamil kembali dalam waktu berdekatan, maka bekas sayatan operasi berisiko terbuka dan rahim robek karena perkembangan kantong kehamilan. Saat kantong kehamilan menempel di dekat bekas jahitan, kantong kehamilan yang bertumbuh dapat mendesak luka, hingga terjadi robekan. Ini berisiko mengakibatkan perdarahan.
Antisipasinya: Mengenai risiko meregangnya bekas luka Caesar, Bryan S. Jick, M.D. FACOG, dokter Obgyn dari Fair Oaks Women’s Health-Amerika Serikat menyarankan Anda untuk berkonsultasi kepada dokter tentang kemungkinan persalinan dini (dengan pertimbangan medis) via operasi dan tak melahirkan per vagina. Dan, ini akan membutuhkan perawatan di ICU setelah operasi yang berjalan lama. Namun, jika persalinan dini masih terlalu jauh dan perdarahan mengancam jiwa mama, tindakan terminasi kehamilan tidak dapat dihindarkan.

4. Plasenta Previa
Pada kehamilan dengan jarak terlalu dekat, risiko terjadi plasenta previa (plasenta menempel di bagian bawah dinding rahim, menutup sebagian atau seluruh leher rahim) menjadi lebih tinggi. Ini disebabkan karena dinding rahim belum pulih benar dari kehamilan dan persalinan sebelumnya, sehingga nidasi atau penempelan hasil konsepsi terjadi pada bagian rahim yang tidak tepat (di segmen bawah). Risiko ini terutama dialami oleh wanita yang melahirkan secara Caesar. Plasenta previa dapat menyebabkan perdarahan dalam kehamilan.
Antisipasinya: Pemeriksaan kehamilan secara teratur oleh dokter kandungan, dan mewaspadai adanya perdarahan dalam kehamilan.

5. Kehidupan Seksual Terganggu
Tentunya, hamil kembali setelah melahirkan berdampak pada kehidupan seksual Anda dengan pasangan. Bukan karena kualitas organ seksual yang menurun, tetapi lebih disebabkan oleh pasangan yang sedang beradaptasi dengan kehamilan.
Antisipasinya: Bicarakan dengan suami dan cari kompromi-kompromi yang memuaskan kedua belah pihak.

TERIMA SAJA!
- Lakukan segera adaptasi fisik, agar tak banyak keluhan dan komplikasi kehamilan yang memicu berat badan janin kurang.
- Persiapkan kondisi psikologis. Hal ini penting dilakukan karena morning sickness, muntah-muntah, juga dapat dipicu kondisi stres.
- Istirahat cukup dengan mengupayakan support system seperti pasangan, saudara, teman, atau pengasuh untuk membantu merawat bayi yang masih kecil.
- Segera periksakan kehamilan ke pusat kesehatan agar terdeteksi jika terdapat gangguan.

(foto: fotosearch)

Baca juga: Kehamilan Pengaruhi Gairah Seks.


Baca juga: Nutrisi Saat Hamil Tapi Masih Menyusui

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia