Mengapa Pedofil Sulit Dikenali?




Penelitian yang dilakukan oleh The Advocacy Center pada 2006 menunjukkan bahwa 1 dari 4 anak perempuan dan 1 dari 5 anak laki-laki pernah mengalami pelecehan seksual sebelum ulang tahun mereka yang ke-18. Sebagian dari mereka mengalaminya dari seseorang yang dikenal baik, seperti kerabat atau teman keluarga dekat.
 
Predator sering menargetkan anak-anak dari keluarga orang tunggal karena dianggap rentan atau memiliki kekosongan yang perlu diisi. Sehingga, diyakini bahwa pelaku akan lebih mudah melancarkan aksinya
 
Amanda Grossman-Scott, penyintas kekerasan seksual dan advokat untuk anak di Pennsylvania serta penulis rekanan 30 Days of Sex Talks menyayangkan bahwa kasus kejahatan seksual ini sering kali terlalu terlambat diketahui orang tua, sehingga pelaku bahkan bisa beraksi berulang kali dengan mulus.
 
Kita tahu bahwa sebagian besar korban kejatan seksual, termasuk anak-anak akan sulit menceritakan pengalamannya kepada orang lain. Menanggung sendiri pengalaman traumatis tersebut juga memberikan dampak desktruktif secara psikologis bagi anak-anak korban kejahatan seksual.
 
Amanda mengatakan bahwa sulitnya pelaku dikenali sehingga tindak kejahatannya dapat dihindari adalah karena predator pedofil sangat ahli dalam grooming, yakni proses ‘mempersiapkan’ target mulai dari membangun hubungan, kepercayaan hingga perasaan aman korban untuk kemudian dimanipulasi, dilecehkan, atau dieksploitasi. Menurutnya, pedofil mulanya tampak sebagai orang yang sangat suci di lingkaran anak dan keluarga, sampai ia berubah menjadi seorang monster.
 
Berikut ini, Amanda menghimpun beberapa teknik tipikal dari predator pedofil untuk ‘menyiapkan’ aksi atau grooming yang patut diwaspadai oleh orang tua:
 

  • Predator biasanya memberikan perhatian khusus kepada anak dan membuatnya merasa istimewa. Mereka mengenal kesukaan dan ketidaksukaan anak dengan sangat baik. Pemangsa cenderung mencoba memenangkan hati korban dengan sering memberikan hadiah atau perhatian.
  • Predator sering melibatkan anak dalam aktivitas menyenangkan berduaan. Aktivitas ini perlahan akan membuat anak terisolasi dari lingkungannya sendiri. Predator yang terampil mungkin akan membawa anak-anak ke dalam situasi di mana mereka harus berganti pakaian atau menginap.
“Orang dewasa yang mengundang anak Anda untuk tidur di rumahnya harus jadi red flag bagi orang tua,” ujar Amanda.
  • Predator biasanya mungkin menyentuh anak di hadapan Anda sehingga anak berpikir bahwa orang tuanya merasa tidak ada yang salah dengan sentuhan itu. “Tindakan ini mungkin sesederhana mengalungkan lengan di atas bahu anak atau meminta pelukan untuk mengucapkan selamat tinggal,” ujar Amanda.
  • Predator biasanya memanfaatkan keingintahuan alami seorang anak tentang seks dengan menceritakan lelucon ‘kotor’, menunjukkan pornografi atau dengan memainkan permainan seksual. Jika anak Anda mulai berbicara (tidak seperti biasanya) tentang seks dan hal-hal yang terkait dengannya, jangan pernah mengabaikan perkembangan semacam ini, karena itu mungkin merupakan tanda bahwa ia sedang ‘di-grooming’.
  • Predator biasanya menawarkan untuk bermain game atau membeli makanan untuk anak kecil. Untuk memikat anak-anak atau remaja yang lebih besar, mereka mungkin menawarkan untuk membeli obat-obatan atau alkohol. Setelah beberapa saat, pemangsa mulai meminta sesuatu sebagai balasannya. ‘Sesuatu’ ini dapat berupa tindakan seksual atau memaksa anak untuk menonton materi pornografi.
  • Predator biasanya menampilkan dirinya sebagai pendengar yang simpatik ketika orang tua, teman, dan orang lain mengecewakan seorang anak. Predator sering menargetkan remaja yang merasa terisolasi dari teman sebayanya. Mereka akan mencuci otak anak bahwa tidak ada yang memahaminya selain ia.
  • Setelah manipulasi, pelecehan, dan eksploitasi terjadi, predator pada akhirnya berusaha membungkam anak mengenai hubungan mereka. Mereka bisa saja mengatakan hal-hal seperti, “Orang tuamu akan marah kepada kita berdua jika mereka mengetahui apa yang kita lakukan.”
 
Untuk melecehkan anak dan meminimalkan rasa takut ketahuan, predator sering kali berbagi rahasia dengan korban. “Korban dibuat percaya bahwa mereka berharga sebelum diminta untuk berbagi sesuatu yang berharga dengan pelakunya,” ujar Amanda.
 
Pentingnya Edukasi Seksual
Amanda memperingatkan orang tua untuk tidak ragu mendiskusikan soal seks dengan anak-anak sejak dini.  Pendidikan ini penting agar mereka lebih awas untuk mengenali potensi grooming.
 
Anak-anak harus mengetahui area mana saja yang tidak boleh disentuh orang lain dan sentuhan apa yang harus diwaspadai. Edukasi anak-anak untuk terbuka pada orang tuanya juga bila menghadapi kontak fisik yang membuatnya tidak nyaman.
 
Baca juga:
5 Alasan Pentingnya Pendidikan Seksualitas untuk Anak
Tahapan Edukasi Seksualitas Sesuai Usia Anak
4 Hal Ini Cegah Anak Alami Pelecehan Seksual
 
 
LTF
FOTO: FREEPIK
 

 

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia