3 R, Aturan Memberi Konsekuensi kepada Anak




Beberapa orang tua mungkin memberikan konsekuensi dengan mencabut salah satu hak istimewa anak seperti mengambil mainan kesayangannya atau mengancam tidak boleh ikut jalan-jalan ke mal di akhir pekan saat anak-anak melanggar aturan. Jane Nelsen, Ed.D., pakar pengasuhan dan penulis seri buku Positive Discipline mengatakan bahwa cara tersebut memang dapat membuat anak-anak patuh dan mau berkompromi dalam jangka pendek.
 
Akan tetapi, Jane menegaskan bahwa strategi tersebut tidak akan membuat anak-anak belajar tentang benar dan salah. Konsekuensi yang tepat menurut Jane harus dibuat dengan mempertimbangkan 3 R, yakni:
 
Related
Konsekuensi yang tepat harus berkaitan dengan perilaku anak. Misalnya, saat anak tidak mau merapikan mainannya, Anda tidak perlu memberi konsekuensi dengan melarangnya main di luar rumah. Dua hal tersebut tidak ada kaitannya.
 
Anda bisa mengatakan padanya, “Kamu yang bertanggung jawab membereskan mainanmu, bukan Mama, atau Si Mbak, karena kamu yang memainkannya. Kalau kamu tidak membereskan, maka kamar ini akan tetap berantakan seperti ini.” Jika ia tetap tidak membereskan, maka membiarkannya tidur dalam kondisi kamar berantakan adalah konsekuensi yang tepat baginya. Artinya, bila ia tidak menaati aturan, maka ia akan mendapatkan dampak yang tidak menyenangkan baginya.
 
Respectful
Dalam memberikan konsekuensi, Anda juga harus memikirkan bahwa konsekuensi tersebut tetap menghargai anak. Artinya konsekuensi tersebut tidak mempermalukan, menghina, atau bahkan merisaknya. Mungkin mengatakan “Tuh, kan, sudah Mama bilang,” sangat menggoda sekali saat anak harus menghadapi dampak dari tindakannya. Hal tersebut bagaimana pun juga akan membuatnya malu.
 
Misalnya saja, ketika keluarga Anda sedang makan di luar, si kecil tidak mau makan dan justru memilih bermain. Daripada berteriak kepadanya untuk duduk di meja makan, sebaiknya biarkan saja ia merasa lapar sebagai konsekuensinya. Tetap hargai ia dan ketika ia lapar, Anda bisa mengatakan, “Waktu makan belum tiba. Tadi kamu sudah melewatkannya.” Dengan begitu ia akan bisa memahami bahwa ia telah membuat keputusan yang tidak menguntungkan.
 
Reasonable
Konsekuensi harus dibuat masuk akal untuk dilakukan anak-anak, mengingat usia dan kemampuan anak-anak. Misalnya saja, Anda mengingatkankan anak-anak untuk tidak bermain bola di dalam rumah karena berbahaya bila mengenai perabot. Begitu ada perabot yang jatuh dan pecah, konsekuensinya adalah ia harus memperbaikinya. Akan tetapi, mengingat usia dan kemampuannya, apakah mereka bisa melakukannya? Bila tidak mungkin bagi mereka untuk melakukannya sendiri, maka kerjakan bersama. Atau, Anda bisa juga memegang tangannya untuk menggerakkannya mengelem dan menempel potongan yang terbelah.
 
Baca juga:
3 Alasan Keliru untuk Tidak Memberikan Konsekuensi pada Anak
7 Kesalahan Orang Tua Mendisiplinkan Anak
Biarkan Anak Belajar dari Kesalahannya
5 Tingkah Orang Tua Penyebab Anak Tidak Patuh
 
 
LTF
FOTO: FREEPIK

 

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia