5 Gaya Pertemanan Anak di Sekolah



Setiap anak memiliki karakternya masing-masing. Demikian halnya dengan gaya berteman. Anak Anda termasuk yang mana? 

1. Suka Mengganggu
Anda mendapat laporan dari guru yang mengatakan anak Anda sering mengganggu anak-anak lain, termasuk teman dekatnya. Reaksi spontan Anda mungkin membela anak. “Anak-anak memang biasa bertengkar,” demikian pembelaanAnda.

Selain itu, ia dikenal sebagai anak yang memiliki banyak teman. Dia tidak akan memiliki banyak teman jika ia suka mengganggu, kan?
 
Harus Bagaimana? Semua anak berpotensi menjadi pengganggu, tak terkecuali anak Anda. Cobalah Anda bertanya langsung kepada anak mengenai perilaku yang dilaporkan oleh gurunya.

Ia mungkin tidak akan mengakui perbuatannya, dan malah menyalahkan bahwa temannyalah yang mengganggunya lebih dulu. Dengarkan saja, tapi cobalah buat agar anak Anda bisa melihat situasi ini dari sudut pandang temannya yang ia ganggu. Cara ini mungkin lebih efektif dibandingkan dengan menghukum atau memarahinya.
 
Baca juga: Manfaat Teman dalam Membangun Karakter Anak

2. Si Pengamat
Anak Anda yang berusia 10 tahun memberi tahu Anda bahwa teman-temannya menakali anak baru di sekolah. Anda sebenarnya berharap dia akan melakukan hal yang benar, seperti membela teman barunya.

Tapi Anda khawatir ia justru akan menjadi target kenakalan berikutnya. Jadi, Anda hanya berkata, “Kamu tahu, kan, bahwa apa yang dilakukan temanmu itu tidak baik?”
 
Harus Bagaimana? Pikirkan tentang risiko yang mungkin akan dihadapi anak Anda jika dia melakukan hal yang benar. Meski dia tidak terlibat secara langsung, biasanya seorang saksi akan mengalami stres emosional. Tracy Vaillancourt, Ph.D., profesor psikologi dari University of Ottawa, menyebutkan bahwa anak-anak tipe pengamat ini sebenarnya bisa membawa perubahan yang baik kepada teman-temannya.

Caranya mudah. Cukup dengan mengatakan, “Tidak usah mengganggu dia. Ini tidak keren buat kamu.” Risikonya, si pengamat mungkin akan kehilangan temannya.
 
Baca juga: 6 Cara Mengarahkan Anak Memilih Teman Baik

3. Anak yang Berusaha Tampil Keren
Si kecil sudah 11 tahun, selalu minta dibelikan sepatu, baju, dan tas mahal serta bermerek seperti yang dipakai teman-teman populer di sekolahnya. Ini menyiratkan bahwa ia bisa menjadi seperti mereka jika memakai barang yang sama.

Anda sebenarnya ingin sekali membelikan apa pun yang anak Anda inginkan. Tapi masalahnya, berapa banyak uang yang harus dikeluarkan untuk memenuhi permintaannya?
 
Harus Bagaimana? Sulit untuk mengatakan ‘tidak’ tiap kali anak Anda minta dibelikan sesuatu. Jadi, tak apa jika Anda membelikan barang yang diinginkannya sesekali. Tapi, cobalah untuk memberikan contoh tentang anak-anak yang tak memiliki barang-barang mahal namun bisa tetap eksis dalam pergaulan.

Tanyakan kepadanya, apakah selebriti favoritnya terlihat menonjol karena meniru gaya orang lain, atau karena ia memiliki gaya khas sendiri? Barang-barang mahal dan bermerek bukan cara untuk tetap dekat dengan anak-anak populer.
 
4. Anak yang Suka Menyendiri
Anak yang baru duduk di kelas 5 SD lebih suka bermain basket sendiri di garasi rumah ketimbang bermain sepak bola di lapangan bersama teman-teman sebayanya. Padahal, anak-anak klub sepak bola itu adalah teman-teman dekatnya.

Anda sebenarnya ingin sekali langsung mendaftarkannya ke klub basket. Alih-alih, Anda malah melontarkan bujukan halus, “Main sepak bola itu, kan, asyik.”
 
Harus Bagaimana? Tunjukkan kepadanya bahwa Anda mendukung apa pun minatnya. Berteman memang penting, tapi melakukan hal-hal yang sesuai dengan minat anak jauh lebih penting. Ingat, Ma, tidak melakukan hal yang sama dengan teman-temannya bukan berarti anak Anda tersisih dari pergaulan.

Baca juga: Anak Terlalu Pendiam, Perlukah Khawatir?


5. Anak ‘meninggalkan’ sahabatnya
Anak Anda yang duduk di kelas empat SD tiba-tiba saja tidak mau lagi bergaul dengan sahabatnya sejak TK. Anda memang tak ingin dia berteman dengan anak-anak yang tidak ia sukai. Tapi, teman-teman TK anak begitu manis.

Apalagi, Anda berteman dengan orang tua sahabat anak Anda ini. Jadi, Anda akan mendorong anak untuk tetap berteman dengan sahabat masa kecilnya ini.
 
Harus Bagaimana? Coba cari tahu alasan anak berbuat begini. Bisa jadi ada hal-hal yang tak disukai anak dari sahabatnya. Misalnya, dia akan mengatakan, “Emily selalu memaksa pergi ke mal setiap pulang sekolah, padahal aku tidak suka.” Atau, “Dinar pikir dia adalah bos aku.” Dalam hal ini, percayalah pada apa yang dikatakan anak Anda.

Penelitian yang dilakukan Robert Faris, Ph.D, menunjukkan bahwa anak lebih mungkin diganggu oleh sahabatnya dibandingkan oleh anak lain. Tapi, ada perbedaan antara menambah sahabat dengan ‘meninggalkan’ sahabat untuk menggantinya dengan sahabat yang lebih ‘baik’.

Bila anak Anda memberi alasan seperti “Teman-temanku tidak ada yang suka Emily”, atau “Dinar nggak keren”, tanyakan pada anak Anda apakah teman barunya akan sama setianya seperti sahabatnya itu? Apakah teman barunya memperlakukannya secara berbeda ketika di sekitar mereka ada anak-anak lain? Apakah teman barunya duduk bersamanya saat makan siang? Bagaimana saat jam istirahat?

Kemudian, cobalah tunjukkan bagaimana perasaan sahabatnya saat ditinggalkan olehnya. Jika anak mengatakan hal yang buruk tentang sahabatnya (misal, dengan mengatakan “Emily nggak asyik!”), tanyakan kepadanya sejak kapan sahabatnya menjadi ‘nggak asyik’ di matanya.

Anda memang tidak bisa memaksa pertemanan anak Anda, tapi setidaknya Anda bisa mengusahakan agar matanya tetap ‘terbuka’ ketika memilih teman.

Baca juga: 
Anak Berkelahi dengan Anak Tetangga
Bila Anak Digosipkan Oleh Teman-Temannya, Lakukan 6 Hal Ini!
Masalah Pertemanan, Sumber Stres Utama Anak
 
Foto: Dok. Prana Group
Updated: Juli 2022

 


Topic

#usiasekolah #parenting #pendidikan #sekolah #sekolahtatapmuka

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia