7 Kesalahan Orang Tua saat Anak Berpuasa


 

Puasa bisa dikatakan merupakan salah satu tonggak perkembangan anak. Mereka yang tahun lalu belum punya tanggung jawab seperti orang dewasa, di tahun ini mulai berusaha menahan lapar, haus, dan emosi negatif. Ini tentu bukan hal yang mudah bagi mereka.
 
Oleh karenanya, orang tua perlu mendampingi dengan cara yang tepat untuk menumbuhkan pemahaman pada diri anak-anak yang positif mengenai puasa. Hindari beberapa kesalahan mendampingi anak berpuasa berikut ini:
 
Ekspektasi Terlalu Tinggi
Anggap saja puasa pertama adalah latihan, tidak perlu memasang target si kecil harus puasa sampai tuntas dari awal hingga akhir bulan. Ia yang belum terbiasa bisa kaget. Bila Anda menunjukkan ekspektasi yang terlalu tinggi, Hal ini dapat menjadikan pemahaman yang keliru pada si kecil bahwa berpuasa adalah hal yang memberatkan.
 
Memaksa
Menurut psikolog anak dan remaja dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia, Vera Itabiliana Hadiwidjojo, S.Psi, M.Psi., hal yang penting untuk ditekankan selama puasa adalah kebahagiaan. Selama anak bahagia, puasa akan menjadi lebih mudah bagi mereka. Sebaliknya, bila ia merasa terpaksa, ia bisa saja terbebani dan berisiko melakukan kebohongan. Ia bisa saja mengaku masih berpuasa pada Anda, padahal ia baru saja membatalkan puasanya di luar rumah.
 
Membanding-bandingkan
Kemampuan dan kekuatan seorang anak untuk berpuasa berbeda-beda. Salah satu kesalahan yang barangkali dilakukan orang tua adalah membanding-bandingkan. Membandingkan kemampuan anak berpuasa dengan kemampuan Anda saat masih anak-anak atau dengan kemampuan kakak-kakaknya menurut Vera hanya akan membuat anak semakin tidak berminat puasa. Oleh karenanya, alih-alih membandingkan, ada baiknya terus memberi contoh dan mendorongnya saja.
 
Menawari Membatalkan
Ini adalah salah satu kesalahan yang bisa dibilang “manis.” Anda mungkin tak tega melihat si kecil tidak makan dan minum. Oleh karenanya, setiap beberapa jam sekali Anda menawari si kecil untuk membatalkan puasanya saja. Hal ini tentu tidak baik untuknya dan mengganggu pemahamannya atas puasa. Bila tak kunjung diperbaiki, hal ini akan membuatnya berpikir bahwa tidak masalah untuk tidak menyelesaikan puasa.
 
Sebaiknya, buat saja kesepakatan pada jam berapa ia boleh makan dan minum sejenak untuk kemudian melanjutkan lagi. Bila ia merasa kuat untuk tidak membatalkan puasanya di jam tersebut, maka sebaiknya tak perlu terus menerus menawarinya makan-minum.
 
Memberikan Hukuman
Perlu diingat oleh orang tua bahwa puasa perlu latihan. Bila si kecil ketahuan membatalkan puasanya, jangan langsung marah besar dan menghukumnya. Hal ini dapat membuatnya semakin tidak berminat puasa di kemudian hari. Vera menyarankan agar anak-anak diajak bicara tentang apa yang membuat mereka tidak kuat sehingga harus membatalkan puasanya. Bantu mereka menemukan solusinya.
 
Melewati Sahur
Sahur adalah hal penting yang perlu dilakoni selama bulan puasa. Dengan menyantap makan sahur, anak-anak bisa punya energi untuk aktivitasnya selama tidak makan-minum. Kadang, karena melihat anaknya tertidur pulas, orang tua tidak mau membangunkan untuk makan sahur. Akibatnya, anak bisa lemas saat puasa.
 
Sering Melewatkan Buka Bersama
Bulan puasa juga bisa disebut sebagai bulan kebersamaan. Alangkah senangnya si kecil bisa berbuka puasa bersama keluarga. Namun, terlalu banyak pekerjaan atau pun agenda buka bersama di luar bisa membuat orang tua melewatkan buka puasa di rumah. Padahal, hal ini penting untuk membuat anak tidak merasa sendiri dan terapresiasi.
 

Baca juga:
7 Trik Mendampingi Puasa Pertama Anak
Puasa Pertama Anak
Pola Makan Tepat Saat Puasa
Cara Mona Ratuliu Ajari Anak Berpuasa
Berapa Usia Ideal Anak Diajarkan Puasa
 

 
(LELA LATIFA)
FOTO: FREEPIK
 
 
 
 

 

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia