Dampak Bullying Antar Kakak Beradik




Mungkin Anda berpikir bahwa kakak-adik berantem, itu hal biasa. Atau, jika salah satu anak merasa paling berkuasa di atas anak lainnya, Anda masih tenang-tenang saja, nggak merasa perlu dipermasalahkan, karena itu bagian dari dinamika hubungan kakak-adik. Pada masanya nanti, akan mereda dengan sendirinya.  Mana mungkin kakak-adik melakukan bullying?
 
Ma dan Pa, bullying bisa terjadi di antara saudara sendiri, lho. Dan, ini perlu Anda cermati dan waspadai.
 
Setiap bullying tentu memiliki dampak. Jika kita berpikir dampak sibling bullying mungkin bisa lebih ringan ketimbang peer bullying atau bullying yang dilakukan teman, ternyata tidak demikian.
 
Psikolog Anna Surti Ariani (Nina) mengungkap, dampak sibling bullying bahkan bisa lebih buruk dibandingkan peer bullying, walaupun bentuknya bisa saja sama dan sama beratnya. “Karena, kalau peer bullying itu, kan, terjadinya di luar rumah, bisa dihindari dengan anak tidak keluar rumah. Makanya anak yang di-bully di sekolah kadang malas sekolah. Anak juga biasanya paham bahwa itu bukan keluarga, jadi anggap itu sebagai ‘orang lain’. Sementara, kalau sibling bullying agak repot, nih. Karena yang nge-bully dan di-bully itu sama-sama anak Mama-Papa, sering harus pergi, tidur, bermain bersama. Dan, terkadang Mama-Papa tidak mau tahu pula. Makanya, anak bisa sangat tertekan karena sibling bullying,” papar Nina.
 
Baca juga: Atasi Persaingan Kakak Adik

Berbagai penelitian jangka panjang yang mengikuti 2 saudara kandung yang mengalami atau melakukan bullying sampai mereka besar, ungkap Nina, menunjukkan bahwa mereka yang mengalami bullying lebih berisiko mengalami level kecemasan tinggi, depresi, menjadi korban peer bullying, ataupun menjadi pelaku. “Karena sebetulnya mereka mengalami stres di rumah. Sementara, dampak jangka pendeknya tentu saja membuat suasana rumah menjadi tidak nyaman. Oleh karena itu, pada anak remaja, sibling bullying bisa menyebabkannya ingin kabur dari rumah,” tutur Nina.

Lalu, kapan sibling bullying bisa mulai terjadi? Ketika batita atau balita, ada anak yang suka merebut, memukul, atau seperti ‘menindas’ adiknya. Apakah mungkin di usia sedini itu dia sudah memiliki intensi melukai atau mencederai saudaranya demi mendapat perhatian orang tuanya karena dia merasa selalu disalahkan orang tua, misalnya?
 
Menurut Nina, biasanya sibling bullying dialami anak besar, bukan anak kecil. “Biasanya terjadi setelah salah satunya, atau si kakak, minimal duduk di bangku SD. Soalnya, di SD tuntutan PR dan ulangan sudah mulai merajalela, anaknya mulai stres, padahal peran orang tua buat dia tidak sebesar peran teman, karena dia sudah lebih butuh teman dibandingkan saat dia kecil dulu,” kata Nina.

Selain itu, mengapa bullying tidak dilakukan anak yang lebih kecil, karena, pada dasarnya, perhatian anak kecil pada dunia belum sebesar anak besar. “Anak kecil masih lebih egosentris, baru bisa memahami dunia yang benar-benar hanya dari sudut pandangnya, belum terlalu memahami sudut pandang orang lain yang bisa berbeda darinya. Karena itu, intensi batita memukul bisa beda dibandingkan intensi anak besar memukul adik atau kakaknya,” kata Nina.

Baca juga: 
Solusi Hadapi Kakak Adik Bertengkar
Tip Atasi ‘Perang’ Kakak Adik
Solusi Cegah Bully, Ajarkan Anak Terampil Bergaul
7 Langkah Lindungi Anak dari Bullying
9 Tipe Anak Rentan Mengalami Bullying
Bullying pada Anak, Orang Tua Harus Apa?
 
Foto: 123rf
Updated: Desember 2021


Topic

#usiasekolah #parenting #parentingstyle #pengasuhan #sibling #kakakadik

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia