Jangan Salah, Orang Tua Bukan Best Friend Anak




Banyak orang tua yang ingin menjadi teman baik anak. Alasannya agar memiliki ikatan yang kuat dengan anak serta menjadi orang terdekatnya. Benar bahwa ikatan yang kuat memang menjadi syarat hubungan yang baik. Akan tetapi, benarkah bahwa hubungan yang berkualitas antara orang tua dan anak mensyaratkan sebuah hubungan pengasuh layaknya pertemanan?
 
Mari kita coba hubungkan beberapa pernyataan umum tentang hubungan orang tua-anak yang seperti teman baik dengan penjelasan dari Rany Moran, Certified Parenting Coach & Trained Counsellor.
 
(1)
Kalau Jadi Best Friend, Bisa Lebih Dekat dengan Anak (?)
 
Rany dengan lugas menjawab, “Tugas kita bukan jadi best friend.” Rany menerangkan bahwa bukan berarti orang tua tidak boleh terlalu dekat dengan anak. Justru, orang tua harus dekat dengan anak-anaknya. Orang tua juga perlu memiliki kepercayaan dari anak agar anak mau bercerita kepadanya setiap saat mengenai perasaan atau masalahnya layaknya seorang sahabat. Akan tetapi, sekali lagi Rany menegaskan, “Be a good listener tanpa menjadi best friend.”
 
Memangnya, apa yang salah dengan menjadi teman baik anak-anak? Memosisikan diri hanya sebagai teman baik anak berisiko membuat orang tua bias dalam pengasuhan. Sebab, teman baik saja tidak akan cukup mewakili kapasitas orang tua untuk memberi pendampingan serta arahan sesuai nilai keluarga pada anak. Rany menjelaskan bahwa tugas utama orang tua adalah menjadi pendamping atau mentor kehidupan anak. Menjadi orang tua tidak cukup hanya mampu mendengarkan anak, melainkan juga harus memiliki kemampuan untuk mendorong dan membimbing mereka mengambil keputusan yang tepat.
 
(2)
Kalau Jadi Best Friend Anak, Mereka Jadi Tidak Ada Batasan untuk Terbuka Kepada Orang Tua
 
Anda mungkin berpikir bahwa dengan menjadi teman baik anak, maka Anda akan menghilangkan batasan antara orang tua dan anak dan membuat mereka nyaman. Ternyata sebenarnya tidak begitu. “Anak-anak itu sebenarnya mendambakan boundaries. Mereka mendambakan arahan dari orang tuanya,” ujar Rany.
 
Yang dimaksud dengan boundaries (batasan-batasan) di dalam hubungan orang tua-anak di sini tentunya bukan tentang siapa yang lebih superior, melainkan batasan peran. Ketika anak terbuka kepada orang tua, artinya anak butuh orang dewasa yang lebih mengayomi mereka, memberi rasa aman, mendorong mereka, serta memberikan bimbingan. “Tugas kita bukan jadi best friend mereka, kok. Tapi menjaga mereka tetap selamat, sehat jasmani-rohani,” ucapnya.
 
 
(3)
Orang Tua Harus Jadi Best Friend Anak saat Mereka Menginjak Usia Praremaja agar Terhindar dari Kenakalan Remaja dan Perilaku Bermasalah Lainnya
Di usia praremaja atau menjelang remaja, anak-anak memang sudah mulai fokus pada isu self image. Mereka mulai membandingkan diri sendiri dengan orang lain atau mencari jati dirinya. Di fase ini, menurut Rany, mereka sering kali mengalami kerentanan emosi.
 
Di masa ini, keterbukaan anak kepada orang tua sangat dibutuhkan, agar orang tua lebih mudah memberikan bimbingan kepada anak. Rany menyarankan metode pendampingan, yakni orang tua bukan sebagai teman baik anak, melainkan sebagai pendamping anak untuk memahami kehidupan serta perasaan dan kebutuhan anak sendiri. Sangat penting bagi orang tua untuk tidak menyudutkan anak dan menjadi over protective di fase ini.
 
Baca juga:
Gaya Pengasuhan yang Menumbuhkan The Resilient Kids
Trik Menumbuhkan Anak-anak Abad 21 yang Mindful
Masalah Pertemanan, Sumber Stres Utama Anak
8 Alasan Anda Harus Jadi Teman Curhat Si Kecil
6 Trik Membuat Anak Terbuka dengan Anda
Saat Si Kecil Curhat, Ini 6 Respons yang Sebaiknya Anda Lakukan
 
 
 
LTF
FOTO: FREEPIK

 

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia