Mendisiplinkan batita Anda

Awalnya jeritan putri Anda terdengar lucu, tapi sekarang menyebalkan. Apa yang bisa harus dilakukan untuk menghentikannya?

Sayangnya, batita tidak dilengkapi kontrol volume otomatis, atau kemampuan untuk mengontrol volume suara sendiri. Putri Anda telah menemukan kemampuan untuk memroduksi dan mengirimkan suara, dan ia dengan senang hati memanfaatkannya. Nah, inilah cara untuk mengurangi pekikannya hingga ke level yang cukup bisa ditolerir telinga (bila ternyata Anda tak bisa membuatnya berhenti menjerit):

  • Jangan ikut menjerit bersamanya. Jadilah contoh intonasi suara yang akan membuatnya berhenti memekik. Jika Anda balik membentak menyuruhnya berhenti berteriak, ia justru akan makin terpacu untuk bersaing dan makin keras menjerit. Dan ingat, jika Anda sendiri tipe orang yang suka berteriak, hal itu justru akan membenarkan perilaku berteriak (Mama dan papa saja berteriak, berarti berteriak itu tidak apa-apa).
  • Alihkan talentanya. Tidak ada yang lebih hebat selain pengalihan perhatian guna menghentikan kehebohan batita Anda. Jadi begitu ia mulai menjerit, setel musik yang ceria (tapi jangan terlalu keras) dan ajak ia menyanyi. Jika Anda sedang berada di luar, ajak ia menyanyi bersama atau mendeklamasikan puisi anak-anak. Bahkan meski ia tidak mau ikut menyanyi, ia akan berhenti memekik karena ingin mendengar suara Anda. Usulkan pula cara menarik lain untuk menggunakan suaranya—menirukan suara sapi, mengeong seperti kucing, atau menderum seperti mobil.
  • Bicara pelan-pelan. Tatap mata batita Anda dan berbisiklah. Melihat bibir Anda bergerak tetapi tidak dapat mendengar apa yang Anda katakan, ia mungkin akan cukup ingin tahu sehingga berhenti berteriak dan mulai mendengar. Anda juga dapat mengajaknya main ‘bisik-bisikan’ dengan membisikkan satu kata, lalu minta ia balik membisikkannya. Meski bisikannya akan lebih mirip bisikan keras (anak kecil sulit memelankan suara), main bisik-bisikan menunjukkan pada batita Anda, memelankan suara bisa sama menyenangkannya.
  • Bawa ke dalam. Ajarkan perbedaan antara suara di dalam dan suara di luar—serta waktu dan tempat yang tepat untuk melakukannya. Jelaskan: “Kamu boleh teriak di kamarmu, tapi di luar kamarmu, tidak boleh” atau “Kamu boleh teriak di taman bermain, tapi di restoran tidak boleh.” Menentukan batasan biasanya lebih berhasil daripada melarang total suatu perilaku (peraturan biasanya malah lebih menggoda untuk dilanggar).

Bagaimana cara menenangkan putra saya ketika sedang mengamuk? Kadang amukannya parah sekali sampai-sampai saya terpancing untuk marah.

Amukan selalu menyertai perkembangan usia batita, dan sama seperti langkah pertama mereka, hal itu tak bisa dihindarkan—meski jelas amukan tidak selucu langkah mereka yang tertatih-tatih. Tapi ada beberapa trik yang bisa Anda lakukan ketika lain kali batita Anda mengamuk di lorong makanan kecil di supermarket (“Minta kue! Minta kue!”), di taman bermain (“Mau main ayunan lagi! Sekarang!”), atau di rumah (“Nggak mau mandi! Mau main aja!”). Cara-cara ini takkan menghilangkan amukan—tidak ada yang bisa melenyapkan amukan si kecil selain berjalannya waktu—tetapi paling tidak Anda dapat menguranginya dengan cara berikut:

  • Tetaplah bersikap tenang. Tidak ada yang makin memicu amukan anak selain orangtua yang mengamuk. Melihat Anda kehilangan kendali akan membuatnya lebih sulit mengendalikan diri sendiri. Kemarahan orangtua juga dapat membuat batita ketakutan. Jika ternyata Anda merasa tidak dapat tetap tenang, beri waktu sebentar untuk time-out, untuk melepaskan diri dari insiden (tapi pastikan si kecil tetap terpantau oleh Anda), sehingga Anda dapat menenangkan diri. Kemudian jaga suara tetap pelan dan nada suara datar ketika Anda membantu anak Anda mengendalikan diri.
  • Peluk. Pelukan erat membantu beberapa anak mengendalikan diri ketika mereka sedang lepas kontrol. Pelukan juga bisa membantu melunturkan kemarahan kedua pihak dan berubah menjadi pelukan sayang begitu anak Anda mampu mengendalikan diri. Tapi harap diingat, ini tidak berlaku untuk semua batita—mereka yang sudah lebih besar atau yang tidak suka dipeluk-peluk mungkin justru akan lebih mengamuk lagi.
  • Alihkan perhatian. Beberapa batita, terutama yang masih lebih kecil dengan konsentrasi perhatian yang lebih singkat, dapat cepat dibujuk setelah mengamuk. Jika anak Anda dapat dialihkan perhatiannya, ambil buku kesayangan, keluarkan mainan puzzle yang sudah lama tidak Anda berdua mainkan, ambil lilin mainan, lalu sibukkan diri. Atau, setel musik dan mulailah menari-nari serta menyanyi.
  • Tertawalah. Cobalah bertingkah konyol—berdiri di atas kepala, memakai sepatu di tangan, pasang tampang konyol—atau menerapkan psikologi terbalik (“Pokoknya apapun yang kamu lakukan, jangan senyum… jangan, jangan—oh-oh, kayaknya Mama liat kamu senyum, deh”). Tapi, pastikan Anda tertawa bersama anak Anda, bukan menertawakannya. Jika ternyata aksi komedi Anda dibalas dengan kemarahan yang makin parah (beberapa batita tidak suka amarah yang dianggapnya serius itu ditanggapi dengan enteng), hentikan segera.
  • Lihat ke arah lain. Terkadang tindakan terbaik adalah tidak bertindak apa-apa. Batita yang tidak mendapat hasil apa-apa dengan amukannya (Aku sudah menendang-nendang dan teriak-teriak begini, kok Mama tetap cuek aja?) biasanya akan  cukup cepat menyerah. Jika Anda sedang di rumah, teruskan saja kegiatan Anda dengan si kecil tetap terpantau, Jangan perlihatkan bahwa Anda terganggu dengan kemarahan di dekat Anda.
  • Jika Anda sedang berada di tempat umum, tinggalkan tempat itu bersamanya (kembali ke mobil, atau bawa ia dengan stroller ke ujung blok), dan biarkan amukannya mereda dengan sendirinya. Tapi Anda harus hati-hati memakai pendekatan non-intervensi ini untuk anak yang sangat sensitif.
  • Terapkan waktu melepaskan diri. Bagi beberapa batita, khususnya yang sudah lebih besar, saat mereka menjauh bisa memberikan kesempatan untuk menenangkan dan mengendalikan diri.
  • Apa pun yang Anda lakukan, jangan menyerah. Sering menyerah dan mengabulkan permintaan anak ketika ia mengamuk akan membuatnya berpikir: cara terbaik mendapatkan apa yang aku mau adalah dengan menjerit dan menendang-nendang waktu memintanya. Nah, jika Anda hendak mengubah “tidak” menjadi “ya”, lakukan sebelum amukannya makin parah.

Anak saya yang baru 3 tahun menutup rapat-rapat mulutnya ketika saya hendak menggosok giginya. Apa yang harus saya lakukan agar ia mau buka mulut?

Gontok-gontokan soal gosok gigi adalah salah satu dari sekian banyak pertempuran yang akan Anda hadapi ketika si kecil berusaha menuntut otonomi. Tapi mengingat ia mungkin takkan menyerah, dan Anda juga tidak bijak kalau menyerah (karena bahkan gigi bayi pun perlu dilindungi dari karang gigi), Anda perlu melakukan sedikit kompromi kreatif:

  • Cari bala bantuan. Pihak ketiga yang punya otoritas dan imparsial seringkali jauh lebih punya pengaruh ketimbang suara orangtua sendiri. Mintalah bantuan dokter atau dokter gigi untuk menjelaskan pentingnya merawat gigi. Saat batita Anda ribut dan bukannya menggosok gigi, ingatkan ia: “Dokter bilang kita harus menggosok gigimu agar gigimu tetap sehat.”
  • Berikan pilihan padanya. Biarkan ia memilih dua atau tiga sikat gigi anak-anak yang berwarna-warni di toko. Kemudian, tiap pagi dan sore biarkan ia memilih mana yang ingin dipakainya. Kontrol kecil ini bisa sangat membantu mengurangi penolakannya. 
  • Coba sistem teman.  Membiarkan batita Anda 'menggosok gigi' boneka binatang atau boneka lain—dengan sikat gigi untuk mainan, tentunya—bisa membuatnya lebih terbuka untuk mengijinkan giginya sendiri digosok. Atau, coba cara saling menggosok gigi: ia boleh menggosok gigi Anda setelah Anda menggosok giginya.
  • Berikan sikat gigi padanya. Biarkan ia mencoba sebentar menggosok gigi sendiri sebelum Anda lanjutkan. Jangan khawatir soal tekniknya atau kondisi sikat giginya (pasti bentuknya akan cepat berubah—karena itu Anda perlu memakai sikat gigi yang lain ketika Anda yang menggosok giginya). Pokoknya, berikan ia kesempatan untuk melakukan pekerjaan itu sebisanya, dan pujilah usahanya.
  • Minta ia membantu. Mengijinkan ia memegang sikat gigi bersama Anda sambil menunjukkan teknik yang benar, akan  memberikan semacam kontrol padanya, sekaligus membuat Anda bisa menggosok giginya secara menyeluruh (“Dua gigi ini kelihatannya sudah bersih, sekarang kita coba gigi sebelahnya, yuk!”).
  • Menyelipkan guyonan (“Eh? Itu ada jerapah ya di balik gigimu? Coba, Mama bisa mengeluarkannya pakai sikat gigi nggak, ya?”) mungkin juga cukup membantu mengalihkan perhatiannya sehingga Anda bisa tuntas menggosok giginya.
Waktu makan rasanya seperti mimpi buruk. Putra kami menggeliat, meronta, dan berusaha berdiri di kursi tingginya—ia juga membuang sebagian besar makanannya ke lantai. Ada ide menanganinya?

Duduk tenang untuk makan mungkin kedengarannya menyenangkan bagi Anda (karena akhirnya Anda punya kesempatan untuk duduk), tapi tidak untuk si kecil. Menurut pendapatnya, makan itu sangat buang-buang waktu—waktu yang lebih baik ia gunakan untuk menjelajahi dunia dengan kedua kakinya. Agar batita Anda duduk tenang di waktu makan—atau paling tidak, cukup lama untuk menuntaskan makan:
  • Turunkan standar di meja makan. Semakin realistis ekspektasi Anda, semakin mungkin batita Anda akan dapat memenuhinya. Baginya, waktu makan lima atau sepuluh menit itu luar biasa. Jangan memaksanya duduk lebih lama daripada kemampuannya, dan Anda berdua pun akan lebih senang.
  • Pertimbangkan pengaturan duduk yang baru. Sertakan dia di meja makan—di kursi tingginya dengan tatakan dilepas (bila perlu pakai sabuk) atau di booster chair—atau di meja kecilnya sendiri. Mungkin itu akan membuatnya tidak begitu terkekang, dan secara psikologis membuatnya merasa sudah lebih besar.
  • Biarkan ia makan sendiri. Kehausan batita akan kemandirian dan pengalaman baru jauh lebih besar daripada rasa laparnya. Bahkan meski ia masih kurang terampil, biarkan tanggung jawab memasukkan sendiri makanan ke mulutnya membuat ia terlalu sibuk sehingga lupa kalau sedang duduk.
  • Temani ia. Meski Anda tidak makan di saat yang sama, duduklah bersama si kecil ketika ia makan. Mengalihkan perhatian dengan percakapan biasa di meja makan mungkin dapat membantunya duduk lebih lama. Tapi, jangan bahas betapa sedikit makannya atau betapa ia kebanyakan menggeliat-geliat.
  • Bersiaplah menghentikannya. Ketika batita Anda sudah puas makan dan duduk (ini biasanya ditunjukkan dengan melempar makanan dan meronta-ronta), biarkan ia pergi—bahkan meski makannya sedikit sekali. Biarkan ia pergi dengan komentar datar, “Oh, kamu sudah kenyang, ya? Oke, deh” daripada “Kamu belum makan apa-apa!” Jangan berusaha menawarkan nugget untuk camilan. Ia tidak boleh membawa makanan dari meja—kalau ia lapar, ia harus duduk untuk makan dengan baik.

Disiplin di segala situasi

Batita perlu belajar tentang perilaku yang bisa diterima dan yang tidak—dan disiplin efektif membantu mereka memahami sesuatu lebih baik. Meski tidak ada cara yang seragam (teknik beragam akan berhasil dalam situasi berbeda), ada beberapa pendekatan yang bisa diterapkan dengan baik:

  • Perhatikan dan akui ketika si kecil berperilaku baik. Kebanyakan anak sudah tahu, jadi ‘anak baik’ jarang menarik perhatian orangtua. Lain jika menjadi ‘anak nakal’. Kalau aku bermain dengan tenang ketika mama sedang mengurus tagihan, pasti mama takkan memperhatikanku. Tapi kalau aku menyobek surat, mama pasti akan memperhatikanku. Untuk mendorongnya berperilaku baik (agar Anda sering melihatnya), pastikan Anda memperhatikannya.
  • Tekankan disiplin begitu ia melakukan kesalahan. Disiplin dibentuk seputar perilaku yang akan diperbaiki, sehingga apa yang Anda ajarkan akan tertanam. Cara mana yang lebih baik untuk menyampaikan pada si kecil, melempar mainan itu tidak boleh selain dengan mengambil mainannya? Sama halnya, meminta si kecil membantu mengelap dengan spon ketika ia menumpahkan jus (semoga) akan membantunya untuk ingat, lain kali ia harus lebih hati-hati.
  • Biarkan si kecil merasakan sendiri akibat perbuatannya. Semua tindakan punya konsekuensi—paling tidak seharusnya begitu jika batita Anda memang mau belajar. Kalau memberikan kue pada anjing, berarti ia tidak punya kue lagi. Menyobek halaman dari buku kesayangan berarti ayah tidak bisa membacakan buku itu untuknya lagi. Semua itu pelajaran berharga dalam hidup.
  • Berikan time-out. Time-out sejenak akan memberi batita Anda kesempatan untuk mengendalikan diri. Ketika Anda menerapkannya, pastikan ia tahu mengapa ia dihukum (“Kamu tetap menjambak rambut Sophie meski Mama sudah menyuruhmu berhenti, maka kamu harus berhenti main sekarang”). Perhatikan agar periodenya singkat saja (10 detik sampai 1 menit sudah cukup—dan batita memang hanya mampu bertahan duduk diam selama itu). Pilih sudut ruangan atau kursi di pinggir, jauh dari tempat kejadian. Jika Anda sedang berada di luar rumah, Anda bisa melakukannya di mobil, di kereta belanja, atau di bangku taman, tapi jangan meninggalkannya sendi-rian. Temani dia tapi tak usah ajak dia bicara agar dia tahu Anda bersungguh-sungguh.

 PAR 0108 

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia