5 Kesalahan Memberi Pujian Pada Anak




Wow, hebat.”
“Kamu pinter banget!”
“Ini, nih, anak baiknya Mama.”
 
Siapa di antara Anda yang tidak pernah memberi pujian pada anak dengan kalimat tersebut? Sering kali, pujian tersebut Anda sampaikan tanpa berpikir panjang. Sebab, rasanya kalimat-kalimat pujian tersebut a sudah seperti di alam bawah sadar yang otomatis meluncur setiap melihat si kecil melakukan hal baik.
 
Pujian tersebut memang terdengar sangat manis di telinga anak-anak. Namun, menurut Amy McCready, seorang pakar pengasuhan dan penulis buku The “Me, Me, Me” Epidemic : A Step-by-Step Guide to Raising Capable, Grateful Kids in an Over-Entitled World, Anda perlu berhati-hati dalam memberikan anak-anak pujian.
 
Menurut Amy, banyak orang tua melakukan kesalahan dalam memberikan pujian. Banyak, lho, Jenis Pujian yang Tidak Menguntungkan Bagi Anak-anak
 
Sering kali, tujuan orang tua untuk memuji anak adalah untuk membuat mereka melakukan hal yang dianggap baik lagi di kemudian hari. Akan tetapi, Amy justru menunjukkan bahwa sering kali pujian yang kita berikan justru mendorong anak-anak untuk menjadi bermasalah, misalnya lebih tidak peduli, mudah menyerah, dan lain sebagainya. Amy bahkan mengatakan, “Pujian kita yang penuh kasih dan bermaksud baik sebenarnya dapat mencegah anak-anak kita menjadi yang terbaik yang mereka bisa.” Itu tentu bukan hasil yang kita inginkan atas pujian yang telah kita berikan.
 
Berikut ini adalah kesalahan umum yang banyak dilakukan orang tua dalam memberi pujian pada anak berdasarkan catatan Amy :
 

1. Tidak Spesifik
Anak Anda berhasil membereskan kasurnya sendiri. Anda spontan berkata, “Kamu hebat!” Mengapa pujian ini kurang tepat? Menurut Amy, anak-anak yang terlalu sering mendapat pujian semacam ini, lebih mungkin untuk kurang mampu menghadapi tantangan yang lebih sulit di masa mendatang. Di samping itu, mereka juga akan berpikir bahwa mereka harus mendapat pujian yang sama atas pencapaian mereka—besar atau kecil.
 
Sebaiknya, gunakan kalimat yang spesifik untuk memuji anak.
Misalnya: “Wah, Mama/Papa suka lihat kamarmu yang rapi. Jadi nyaman, ya.”
 
Dengan mengucapkan kalimat tersebut, Anda tak hanya membesarkan hati si kecil saja. Anda juga memanfaatkan peluang untuk mengembangkan perilaku positif seperti kemandirian yang dapat berkontribusi pada kesuksesannya jangka panjang. Anda juga bisa melakukan 4 Langkah Mempercepat Kemandirian Anak di rumah.
 

2. Memuji Kemampuan Alami
Hari ini Anak Anda makan dengan lahap dan menghabiskan isi piringnya. Lalu Anda memujinya dengan, “Anak pintar!”
 
Anda mungkin mengatakan kalimat tersebut agar ia makan dengan baik lagi di waktu makan berikutnya. Akan tetapi, perlukah kita memuji anak atas kemampuan alami mereka, yakni makan?
 
Sudah seharusnya anak-anak kita makan karena tubuh mereka secara alamiah memang membutuhkannya. Makan bukanlah sebuah prestasi, sekalipun makan memang butuh proses belajar.
 
Pujian tersebut justru berisiko membuat mereka belajar bahwa mereka berpikir bahwa mereka harus makan agar mendapat pujian dari orang tua. Mereka justru tidak akan belajar membaca kondisi tubuhnya sendiri.
 
Sebaiknya, gunakan kalimat yang deskriptif untuk mengapresiasi mereka di meja makan.
Misalnya: “Kamu makan dengan seimbang, ya. Nasi, lauk, dan sayurnya dimakan semua. Bisa kuat, nih, badannya.”
 

3. Memberi Label
Anak Anda mungkin ahli dalam bidang akademik sehingga sering mendapat nilai baik dan memperoleh peringkat di sekolah. Tak jarang, Anda dan orang lain memuji kepintarannya. Hal yang berbahaya adalah apabila pujian yang terus menerus terebut berubah menjadi label seperti “Anak Pintar.”
 
Label ini dapat mengunci mereka di dalam satu bidang saja. Mereka jadi tidak tahu siapa dirinya. Ia bisa jadi urung mengembangkan bakat lain karena berpikir bahwa bidang akademik lah yang paling penting dan yang paling bisa membuatnya menuai pujian.
 
Sebaiknya, hindarilah merubah pujian Ada menjadi label dan mulailah memberi penilaian serta memberi tantangan yang lebih sulit lagi untuk makin mengembangkan kemampuannya. Cari tahulah jenis pujian yang tepat untuk anak Anda, misalnya 10 Pujian Terbaik untuk Anak
 

4. Memuji di Depan Saudara
Anak-anak suka pujian. Bahkan mereka ingin saudaranya juga tahu bahwa Anda telah memujinya. Ini akan meningkatkan harga diri mereka. Namun, lupakan ide memuji mereka di depan saudaranya. Karena menurut Amy, pujian dalam bentuk apa pun—bahkan kata-kata penyemangat yang menggembirakan—akan mengirimkan pesan yang dapat memicu persaingan antara saudara kandung.
 
Sebaiknya, berikan pujian secara terpisah. Atau, Anda bisa memberikan penilaian yang adil atas capaian masing-masing orang dengan penekanan bahwa pencapaian tersebut tidak harus sama.
 

5. Pujian Palsu
Kadang, tanpa disadari orang tua sering memberikan pujian palsu yang disertai dengan kalimat sindiran. Misalnya saja, “Wah rajin, ya, kamu. Kamu pasti habis merapikan mainanmu. Tapi, Mama akan lebih senang lagi kalau kamu juga lihat isi lemari yang berantakan itu.”
 
Wah, wah, apa yang terdengar manis tiba-tiba berubah seperti racun.
 
Anda mungkin menyindir anak Anda karena ia asal memasukkan mainannya yang berserakan ke lemari sehingga kamar terlihat rapi. Namun, pujian palsu itu justru merampas perasaan positif dari anak-anak yang ingin kita bangkitkan. Anak-anak hanya akan menjadi defensif karena rasa malu.
 
Sebaiknya, langsung saja arahkan anak untuk melakukan apa yang Anda harapkan.
Misalnya: “Mainan sudah rapi, nih. Saatnya membereskan lemari.”
 
Baca juga:
Cara Efektif Memuji Anak
Kapan Anda Perlu Memuji Anak?
Tidak Memuji Anak Secara Berlebihan
Bijak Memuji Anak
 
 
LTF
FOTO: FREEPIK
 
 

 

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia