Anak Susah Makan, Perlukah Vitamin?

anak susah makan perlu vitamin tambahan?

Ketika tubuh anak cenderung kurus, mama biasanya diberondong seabrek pertanyaan yang cukup mengganggu dari orang tua lain, mertua, saudara, atau teman. “Susah, ya, makannya?” “Minum susunya banyak, nggak?” “Vitaminnya apa? Tidak dikasih vitamin? Kasih, dong, biar doyan makan dan badannya berisi!”

Seperti ada aturan tak tertulis bahwa setiap mama harus memberi vitamin tambahan pada anak. Jika tidak, itu dianggap aneh sekali! Ditambah lagi maraknya iklan vitamin anak di televisi yang menggambarkan anak-anak super cerdas, sehat, kuat, dan mau makan lahap, berkat mengonsumsi produk mereka.

Pada akhirnya, sebagian mama ‘tergoda’ memasukkan tambahan vitamin ke dalam menu harian anak. Anak pun tak kalah semangat mengonsumsinya, karena rasa dan bentuknya yang menarik. Ya, suplemen vitamin untuk anak biasanya dibuat dengan rasa yang enak seperti buah-buahan favorit anak dan memiliki tekstur seperti permen isap dan kunyah yang kenyal (gummy).

Baca juga: Anak Gemuk atau Kurus, Mana Lebih Sehat?

Bukan Pengganti Vitamin Alami
Tapi, yang perlu disadari oleh orang tua adalah bahwa makanan tambahan (baik vitamin ataupun suplemen), sesuai namanya, adalah tambahan dari makanan pokok yang bertujuan melengkapi kekurangan zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Dengan begitu, tumbuh kembang anak pun menjadi optimal. Anggapan yang salah jika suplemen dikatakan bisa digunakan untuk menggantikan vitamin alami yang diperoleh dari makanan.

Menurut 4 Pilar Gizi Seimbang, sorang dewasa dan anak-anak perlu mengonsumsi aneka ragam pangan, karena tidak ada satu pun jenis makanan yang mengandung semua jenis zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Oleh karenanya, kita harus mengombinasikan makanan yang mengandung karbohidrat, protein hewani dan nabati, vitamin dan mineral (dari sayur dan buah).

Kementerian Kesehatan merekomendasikan konsumsi:

  • Karbohidrat (nasi, jagung, ubi, singkong): 3-4 porsi per hari
  • Sayur: 3-4 porsi per hari
  • Buah: 2-3 porsi per hari
  • Lauk pauk (ikan, ayam, daging, telur, udang, tempe, tahu): 2-4 porsi per hari
  • Air: sekitar 2,5 liter per hari
Baca juga: Sumber Kalsium Tak Hanya Susu, Dapatkan Juga dari 5 Sayuran Ini 

suplemen vitamin

Kondisi Anak Perlu Vitamin
Lalu, kapan perlu memberikan vitamin penambah nafsu makan? Anak-anak yang sedang sakit, atau baru sembuh dari sakit, untuk sementara selera makannya bisa menurun. Tapi, itu normal, kok, Ma. Setelah ia pulih, nafsu makannya akan kembali normal tanpa harus Anda beri suplemen. 

Namun, pada kasus tertentu, misalnya anak dengan penyakit menahun seperti TBC paru-paru, infeksi saluran pencernaan, atau adanya parasit (cacing), masa penyembuhannya membutuhkan waktu yang sangat panjang. Jika dibiarkan terus-menerus tidak berselera makan, anak akan terancam kekurangan gizi. Nah, pada kondisi inilah anak memerlukan suplementasi penambah nafsu makan agar kecukupan nutrisinya terjaga dan untuk membantu memperkuat daya tahan tubuhnya melawan penyakit yang sedang dideritanya.

Baca juga: 6 Tanda Anak Kurus Sehat

Apa kandungannya? Beberapa suplemen penambah nafsu makan mungkin mengandung vitamin dan mineral tertentu, namun fungsinya bukan sebagai penambah nafsu makan. Anak yang susah makan dikhawatirkan mengalami kekurangan asupan zat-zat gizi, sehingga ditambahkanlah berbagai vitamin dan zat gizi lainnya untuk mencukupi kebutuhan nutrisinya. 

Selain itu, ditambahkan pula bahan herbal tertentu, seperti temulawak, temuireng, atau kunyit, yang melalui penelitian terbukti memang bisa meningkatkan nafsu makan.

Baca juga:
Anak Tidak Nafsu Makan, Mungkinkah Cacingan?
7 Resep Pilihan Agar Anak Mau Makan Sayuran
Nutrisi untuk Membantu Konsentrasi Belajar Anak
Anak Tetap Kurus, Meski Doyan Makan, Ini Sebabnya
6 Tanda Anak Kurus Sehat

Foto: Freepik
Updated: November 2021


Topic

#balita #kesehatananak #gizianak

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia