Apa Itu Organic Parenting?


Modernisasi memang menjawab banyak permasalahan manusia. Akan tetapi, banyak kompleksitas yang juga muncul kemudian sebagai dampaknya. Tak bisa kita pungkiri, modernisasi juga berdampak pada pengasuhan, misalnya saja adanya mainan elektronik seperti mobil-mobilan, robot-robotan, atau boneka yang bisa bicara yang lebih banyak membuat si kecil pasif terbengong-bengong melihatnya ketimbang menjadi subjek yang aktif berimajinasi memainkannya. Atau, pemberian minuman kemasan atau makanan instan yang rendah nutrisi pada anak-anak, dan yang belakangan adalah pemberian gadget di usia dini.
 
Semua hal yang menjadi ciri khas modernitas ini dapat menyumbang masalah seperti risiko kesehatan anak, fisik yang melemah karena terlalu banyak menghabiskan waktu dengan bermain permainan elektronik maupun gadget, menurunnya kemampuan komunikasi anak, rendahnya sosialisasi anak-anak, serta menurunnya kesehatan mental anak.
 
Nah, belakangan banyak orang tua yang mengadopsi gaya pengasuhan ala Scandinavian, yakni Organic Parenting yang dianggap mampu menjawab permasalahan masyarakat modern. Anda mungkin sudah banyak mendengar kata Scandinavian sebagai salah satu gaya desain interior. Akan tetapi, seperti apa, sih, yang dimaksud dengan organic parenting ala Scandinavian ini?
 
Ada beberapa prinsip yang bisa Anda pahami tentang organic parenting ini menurut Karen Ouse, M.A. O.I.X., psikoterapis pernikahan dan keluarga di California, AS:
 
1. Kembali ke Alam
Karen menjelaskan bahwa prinsip organic parenting secara umum adalah kembali ke alam. Menurut Karen, di era modern ini, anak-anak membutuhkan pengelolaan kesehatan fisik, emosi, dan mental yang berbeda. Dan, salah satu cara untuk mengelolanya adalah dengan mendekatkan mereka ke alam. Orang tua Scandinavian melepas anak-anak untuk bermain di alam terbuka daripada membiarkan mereka menonton TV atau bermain gadget. Ini sangat bermanfaat untuk melatih kemampuan motorik dan sensoriknya.
 
Di samping itu, orang tua dengan organic parenting juga memanfaatkaan segala sesuatu dari alam untuk kehidupannya, mulai dari makanan, minuman, sampai obat-obatan. Mereka percaya bahwa segala hal yang alami akan lebih baik bagi kesehatan.
 
2. Ramah Lingkungan
Organic parenting mengajarkan anak-anak untuk menjaga agar lingkungan tidak tercemar, misalnya saja dengan meminimalisir penggunaan plastik serta lebih memilih menggunakan transportasi ramah lingkungan seperti sepeda atau memanfaatkan transportasi umum.
 
Di samping itu, orang tua juga mengajarkan anak-anak untuk hemat listrik, menggunakan pendingin ruangan atau AC sesuai kebutuhan, dan menggunakan air secukupnya. Orang tua juga memilih produk seperti sabun atau sampo yang ramah lingkungan agar limbahnya tidak mencemari air.
 
3. Hidup Seperti di Desa
Ini mungkin prinsip yang jarang didengar dari organic parenting. Karen mengurai istilah organic parenting sebagai menumbuhkan “desa” untuk anak-anak. Bagaimana maksudnya? Di era modern di mana seluruh anggota keluarga sibuk dengan gadget masing-masing dan aktivitas masing-masing—orang tua bekerja, anak les dan kursus—maka kehidupan seperti di desa adalah salah satu jawaban.
 
Masyarakat desa yang hidup guyub, suka berkumpul menjadi salah satu kunci organic parenting. Organic parenting menekankan waktu yang berkualitas bagi orang tua dan anak untuk berkumpul, saling mendengarkan, tanpa adanya gangguan TV ataupun gadget. Dengan waktu berkualitas seperti ini, ikatan positif antara orang tua dan anak akan semakin terbangun. Hasilnya, kepercayaan diri serta kemandirian anak akan terbentuk.
 
Nah, bagaimana, Ma? Tertarik untuk menerapkan organic parenting ini?
 
Baca juga:
Skandinavia, Negara dengan Pola Asuh Terbaik
5 Tipe Pola Asuh Anak
Pola Asuh Tepat Untuk Anak
Beda Pola Asuh dengan Ibu? Ini Solusinya!
Pola Asuh Otoriter Saat Anak Makan
 
 
(LELA LATIFA)
FOTO: FREEPIK

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia