Papa Ternyata Bisa Lebih Cepat Menghentikan Tangisan Anak




Saat anak tantrum, seperti menangis keras lalu berteriak-teriak, apa yang biasanya Anda lakukan? Meminta anak-anak langsung diam seketika itu juga atau memberi mereka waktu untuk mengekspresikan emosinya dan menunggu sampai tenang?
 
Michael Gurian, peneliti neurobiologi yang fokus pada perbedaan kerja otak laki-laki dan perempuan serta penulis Boys and Girls Learn Differently menyampaikan hasil penelitian dari empat benua yang berbeda bahwa orang tua laki-laki (ayah) pada umumnya cenderung lebih cepat mengakhiri tangisan anak daripada ibu. Mengapa demikian?
 
Isi Otak Anak saat Menangis
Untuk menjawab hal tersebut, Gurian mengajak membaca otak anak saat menangis. Menurutnya, tangisan awal anak sering kali terjadi karena stimulasi secara berlebihan di amigdala otaknya, sehingga mereka mengeluarkan kelenjar air mata.
 
Gurian menjelaskan bahwa tangisan anak sering kali berarti sebuah permohonan bantuan pada orang dewasa untuk menjawab pertanyaan di dalam dirinya, tanpa mereka sampaikan secara langsung dengan kata-kata.  Pada saat itu, anak sangat mungkin berpikir mengenai, “Bagaimana caranya?”
 
Faktor Ilmiah Otak Laki-laki
Gurian menjelaskan bahwa secara ilmiah, insula (bagian otak yang menciptakan mirror neuron untuk respons empatik) kurang aktif. Sementara, insula perempuan lebih aktif dalam menciptakan mirror neuron dan mempertahankannya lebih lama dibandingkan dengan laki-laki. “Jadi, tidak jarang, secara agregat, lebih banyak ibu menghabiskan lebih banyak waktu mendengarkan tangisan anak daripada yang mungkin dilakukan ayah,” ujarnya.
 
Nah, mengingat apa yang sebenarnya ada di otak anak saat menangis tadi, Gurian mengatakan bahwa otak laki-laki memang lebih mungkin segera mencari solusi begitu ada masalah, bukan berlama-lama memberikan empati yang berisiko membuat anak semakin lama merasakan emosi negatifnya. “Jadi, secara umum, ayah lebih mungkin daripada ibu untuk mencoba mengakhiri ekspresi perasaan anak dan beralih ke pemecahan masalah dan melakukan,” ujarnya.
 
Jangan Lakukan Ini
Menurut Gurian, untuk mengakhiri tangisan anak, perlu dipelajari bagaimana mengomunikasikannya dengan tidak memberikan dampak buruk atau malah memberikan dampak yang konstruktif? Sebab, perlu digarisbawahi pula bahwa terus menerus menekan kehidupan emosional anak juga berbahaya. “Menangis dan mengekspresikan perasaan adalah keterampilan sosial-emosional yang penting,” ujar Gurian.
 
Untuk itu, perlu diingat bahwa untuk menghentikan tangisan anak, seorang ayah juga tidak sebaiknya menggunakan stereotip bahwa menangis itu lemah.
 
Jangan katakan: “Berhenti menangis, kamu ini lemah” atau “Berhenti menangis, kan, kamu sudah tambah besar. Bukan bayi lagi.”
 
Sebaliknya, katakan sesuatu yang memenuhi kebutuhan isi otak mereka tentang “Bagaimana caranya?” tadi.
 
Ucapkan: “Berhenti menangis, kendalikan dirimu. Ayo, selesaikan masalahmu.”
Menurut Gurian, ini adalah cara komunikasi untuk menghentikan tangisan anak yang konstruktif.
 
Baca juga:
Menghadapi Anak Sensitif yang Mudah Menangis
4 Hal Yang Harus Papa Lakukan Bila Si Kecil Menangis
Trik Redakan Tangisan Anak
Hindari Melakukan 6 Hal Ini Saat Si Kecil Tantrum
Tenangkan Tantrum Si Kecil dengan 7 Kalimat Ini
Ajari Anak 2 Kebiasaan Ini untuk Cegah Tantrum
 
LTF
FOTO: SHUTTERSTOCK

 

 





Video

Lindungi Anak dari Kejahatan Pedofilia


Polling

Papa Ternyata Bisa Lebih Cepat Menghentikan Tangisan Anak

Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia