Tantrum Bisa Dicegah, Ini Caranya!

Siapa lagi yang lebih mengenal anak kalau bukan Anda, orangtuanya, kan? Tapi, mampukah Anda mengenali sinyal-sinyal peringatan yang ditunjukkan anak menjelang tantrum? Jangan sampai Anda mempunyai pengalaman seperti Stella, dari Pandu Raya, Bogor, ini.

“Seharusnya saya sudah tahu kalau Lala (2,5) akan ‘meledak’ dalam kema­rahan. Sudah sejak tadi ia berusaha mencocokkan potongan­ puzzle itu, tapi tidak berhasil. Ditambah lagi ia lelah karena tadi ikut saya mengantar neneknya ke rumah sakit di Jakarta. Pas, deh, sebagai pemicu tantrum,” kisahnya.

Nah, agar Anda tidak ‘kecolongan’ lagi, ada baiknya Anda memperhatikan hal-hal ini:

-  Hindarkan ia dari hal-hal yang sifatnya 'terlalu' baginya, seperti terlalu sulit atau terlalu melelahkan. “Puzzle ini agak sulit, Sayang. Lebih baik kita susun besok pagi saja setelah kamu sarapan.”

-  Usulkan kegiatan pengganti yang tak kalah menarik. Berikan beberapa pilihan agar ia tetap merasa punya kendali atas dirinya sendiri. “Ke mana, ya, buku mewarnaimu? Bukankah kamu belum mencoba menggunakan krayon baru yang dibelikan Papa kemarin?”

-  Amati polanya. Perhatikan baik-baik apa saja yang terjadi sebelum tantrum, saat tantrum, dan sesudah ia tantrum. Apakah ia selalu tantrum saat Anda baru pulang dari kantor? Atau setiap kali pulang bepergian? Atau, kalau permintaannya tidak langsung mendapat respon?

Lihat pula apa yang terjadi saat ia tantrum, dan bagaimana/dengan cara apa tantrumnya berakhir. Dengan mencermati hal-hal tersebut, Anda bisa melakukan langkah-langkah yang bersifat antisipatif untuk mencegah ledakan tantrum.

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia