Perlukah Hapus Tradisi Oleh-oleh?

Jangan lupa oleh-olehnya, Yaaa! Merasa akrab dengan kalimat tersebut? Ke mana pun Anda berencana pergi, terutama ke luar negeri, pasti ada 1-2 (atau lebih!) teman, atau sekadar kenalan, yang wantiwanti begitu. Bahkan mungkin saja, orang yang sama tidak bosan minta oleh-oleh setiap Anda bepergian. Orang Indonesia, sayangnya, memang terkenal dengan kebiasaan itu. Bahkan di situs rappler.com, kebiasaan itu termasuk 4 besar kebiasaan buruk orang Indonesia, yang bahkan sudah tersohor hingga ke luar negeri. Sampai-sampai, beberapa toko di luar negeri pun merasa perlu mempekerjakan penjaga toko asal Indonesia, atau sengaja belajar bahasa Indonesia, demi urusan itu. Beberapa waktu lalu, tersiar kabar jemaah haji Indonesia bermasalah dengan kelebihan bagasi yang signifikan. Setelah ditelusuri, semua itu karena mereka membawakan oleh-oleh untuk kerabat di tanah air.

Anda mungkin termasuk orang yang berharap kebiasaan itu hilang selamanya. Bukan berarti pelit, sih, Ma. Karena untuk orang-orang terdekat dan tersayang, tentu Anda dengan senang hati membelikan oleh-oleh, bahkan tanpa diminta. Tetapi budaya meminta oleh-oleh (kadang hingga spesifik, mau barang ini itu khas daerah tujuan) memang terlalu kental di masyarakat, hingga menjadi tekanan sosial. Anda juga jadi kesulitan membedakan, apakah hanya sekadar basabasi, atau bukan. Jika memang Anda tidak nyaman dengan kebiasaan itu, bisa, kok, diatasi, Jangan Lupa Oleh-olehnya, Yaaa! dimulai dari diri kita sendiri. Selain tidak melakukan hal yang sama, Anda pun tidak perlu membawakan oleh-oleh setiap bepergian.

Sebaliknya, Anda bisa bilang, “Oke, nanti aku bawakan cerita dan foto foto buat oleh-olehnya, ya!” Dengan menunjukkan sikap konsisten, pasti orang-orang di sekeliling Anda perlahan berhenti meminta oleh-oleh. Anda pun bisa sepenuhnya menikmati perjalanan, tanpa harus menyiapkan dana dan bagasi ekstra untuk keperluan orang lain.

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia