Anak Berbisnis Slime? Pelajari Untung Ruginya!


Menurut sang mama, Tri Wahyuni, Kendra memang punya hobi berjualan yang sepertinya menurun dari dirinya. Awalnya, Kendra suka berjualan alat tulis yang lucu-lucu. Ia beli alat-alat tulis itu di toko dekat rumah, kemudian dijual ke teman-temannya di kompleks. Dagangannya selalu laku, mungkin karena Kendra mengerti selera pasar (teman-temannya). Kemudian, setelah mengenal Youtube, Kendra tertarik dengan tutorial cara membuat slime. Waktu itu, slime sedang happening sekali di kalangan teman-teman seusianya. Kendra mencoba membuat sendiri slime berdasarkan tutorial yang dia lihat, kemudian hasilnya dia bawa ke sekolah untuk dipamerkan ke teman-temannya. Tidak disangka, teman-temannya banyak yang suka dan minta dibuatkan slime juga.

Otak bisnis Kendra langsung bekerja, ia tak sekadar menjual slime buatannya kepada teman-teman di sekolahnya, tapi juga serius membuat online shop di Instagram (@pinkyslime_slimeshop) untuk menjual slime kreasinya. Kenapa jualan slime? “Karena bikin slime itu pakai modal, bahan bakunya harus beli. Makanya harus dijual,” kata Kendra.

Sejauh ini, Tri menganggap apa yang dilakukan Kendra sekadar menjalani hobi saja. Ia tidak tahu apakah nantinya usaha ini bakal jadi serius atau tidak. Menurut Tri, di usianya yang masih labil ini, yang penting Kendra menjalani apa pun yang membuatnya senang. Meski begitu, Tri juga mengaku bahwa ia dan papa Kendra bakal mendukung 100 persen kalau usaha ini berkembang ke arah yang lebih serius, asalkan tidak mengganggu sekolah. Bentuk dukungan juga dilakukan dengan cara mengantar Kendra belanja bahan-bahan saat akhir pekan. Kemudian, Tri yang memiliki clothing line ini juga membolehkan Kendra nebeng berjualan di stand miliknya jika ia sedang ikutan bazar.

Meski senang berjualan, menurut Tri, Kendra belum punya pemikiran jauh soal keinginan mengembangkan usahanya. “Mungkin karena ia masih kecil, dan saya tidak terlalu serius mengarahkannya,” kata Tri. Hanya saja, Kendra sekarang sudah punya YouTube Channel untuk mem-posting tutorial membuat slime ala dirinya. Dan, saat ini, ia sudah punya rencana mau membuka tutorial class membuat slime. Sudah ada beberapa teman-temannya yang berminat ikutan. Jadi, nanti mereka membayar untuk bahan-bahannya dan membuatnya bersama-sama di rumah Kendra.

Punya kegiatan wirausaha seperti ini, diakui Tri, membuat Kendra jadi lebih kreatif. Salah satu buktinya, ya, itu tadi, Kendra tak hanya jualan slime, tapi juga kepikiran untuk menjual juga ilmu cara membuat slime. Waktu luang Kendra juga sekarang dimanfaatkan untuk hal-hal yang berguna, seperti bereksperimen membuat slime. Gadget pun kini dipakai untuk hal-hal yang berguna, misalnya mencari tutorial baru dan memasarkan slime di online shopnya.

Tapi, ada juga sisi negatifnya yang kadang membuat Tri kesal, “Kamar Kendra jadi berantakan macam laboratorium percobaan gitu. Dan, ia masih suka malas beres-beres setiap kali habis membuat slime. Maunya cuma bikin slime dan jualan saja.” Satu lagi, kadang saking asyiknya menerima pesanan, Kendra suka susah disuruh close order setiap kali mau ujian. Kalau dipaksa, anaknya malah cemberut. Katanya, dia takut mengecewakan pelanggan. Hahaha!

Lalu, bagaimana dengan uang yang dihasilkannya? Menurut mamanya, sebagian uang hasil jualan ditabung oleh Kendra, dan sebagian lagi akan diputar untuk modal belanja bahan-bahan. Di sekolah, Kendra sudah belajar tentang profit and loss, sehingga bisa dia terapkan untuk usahanya ini.

Foto ilustrasi: fotosearch

Baca juga : Tanamkan Jiwa Pengusaha pada Anak

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia