Anak Mengeluh saat Puasa, Begini Cara Bijak Merespons




Perubahan pola makan dan rutinitas selama bulan Ramadan menjadi hal yang tak mudah untuk anak-anak. Mereka masih belajar menyesuaikan diri, sehingga wajar bila anak-anak masih punya keluhan di sana-sini.
 
Apa saja, sih, keluhan yang mungkin disampaikan anak-anak terkait ritual berpuasa di bulan Ramadan?
 

1. “Kenapa harus puasa, sih?”
Anak mungkin bertanya mengapa ia harus berpuasa di bulan Ramadan, tidak seperti hari-hari sebelumnya. Dr. Rose Mini Agoes Salim, M.Psi, psikolog yang kerap disapa dengan sebutan Bunda Romy mengatakan bahwa untuk merespons hal ini, orang tua sebaiknya menghindari penjelasan yang terlalu abstrak seperti perintah agama, amal, pahala, atau dosa. Sebab, menurutnya, kapasitas kognitif anak-anak belum mampu menerjemahkan hal yang tidak konkret.
 
Coba katakan: “Kalau kamu lari terus, capek nggak kakinya? Usus di dalam perut itu sama dengan kaki. Kalau kita makan terus, dia akan capek. Makanya, dia perlu diberi waktu istirahat 30 hari agar bisa bekerja lancar setelahnya.” (Sambil tunjukkan gambar ilustrasi usus)
 

2. “Temanku nggak puasa, tuh!”
Kadang anak melihat teman sebayanya tidak berpuasa. Sehingga, ia pun membandingkan dirinya dengan temannya tersebut.
 
Coba katakan: “Tiap keluarga punya aturan yang berbeda. Mama dan Papa puasa, dan menurut kami, kamu juga bisa ikut berpuasa. Sama, kan? Artinya, kamu juga sudah tambah dewasa karena sudah siap mulai sekarang.”
 

3. “Buka puasa, kok, lama banget…”
Wajar kok, Ma, anak-anak mengeluh seperti ini.
 
Coba katakan: “Kamu ingin buka puasa apa hari ini? Kamu bisa, lho, bantu Mama siapkan makanan. Atau kamu bisa main dulu dengan Papa. Kalau bulan puasa begini, kan, Papa selesai kerja lebih cepat. Tidak seperti hari-hari biasanya.”
 

4. “Kalau puasa sehari penuh, aku nggak akan kuat!”
Anak-anak mungkin merasa khawatir tidak akan kuat menyelesaikan puasanya.
 
Coba katakan: “Puasa itu sebetulnya sama, kok, dengan hari-hari biasa. Makan pagi dan siangnya digabung ke sahur. Nanti kamu bisa berbuka dengan menu yang kamu suka. Kalau kamu merasa tidak kuat, kamu boleh makan dan minum saat azan zuhur lalu lanjut lagi puasanya. Tapi, puasa itu kan dari subuh sampai magrib, kamu bisa ganti di lain hari, ya.”
 

5. “Kenapa sahur harus malam-malam, sih? Aku ngantuk!”
Harus bangun saat jamnya tidur lelap memang tidak mudah, ya.
 
Coba katakan: “Tiap orang memang punya jam sarapan yang berbeda-beda. Tapi ini unik, lho, semua orang di bulan Ramadan makan serentak sebelum subuh. Jadi, kompak, kan.”
 

6. “Kenapa adik boleh makan, sedangkan aku harus puasa?”
Ada yang iri seperti ini?
 
Coba katakan: “Artinya, tubuh kakak lebih kuat daripada adik. Nanti kita isi energi lagi ya, saat buka puasa.”
 

7. “Salat tarawih lama banget. Aku bosan!”
Anak-anak memang belum terbiasa dengan durasi salat yang panjang.
 
Coba katakan: “Kenapa? Apa kamu ngantuk? Besok berarti harus tidur siang dulu. Seru, lho, salat tarawih, bikin kita jadi bisa berkumpul bersama.”
 
Pastikan merespons anak-anak dengan lembut, ya. Tidak perlu menyudutkan mereka. Pahami bahwa mereka masih berlatih. Buatlah suasana puasa menyenangkan agar mereka tetap semangat.
 
Baca juga:
Bila Anak Ketahuan Membatalkan Puasa Diam-diam
Mendorong Anak Semangat Berpuasa
Ajarkan Anak Berpuasa Lewat 5 Lagu
Puasa Pertama Anak
Berapa Usia Ideal Anak Diajarkan Puasa
 
 
LTF
FOTO: FREEPIK
 

 
 


Topic

#ramadanparentingina #ramadanprana #ramadanbulanmulia #ramadan #puasaramadan

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia