Fenomena Learning Loss Akibat Pandemi



 
Pandemi COVID-19 menghantam berbagai sendi kehidupan. Dari segi ekonomi, beberapa usaha gulung tikar, juga tidak sedikit orang yang kehilangan pekerjaan lantaran alasan efisiensi. Dari segi pendidikan, jelas saja, kita tahu sendiri, bahwa sekolah-sekolah sudah ditutup sejak awal dan diberlakukan sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau yang sering dikenal dengan sekolah daring.
 
Rilis yang disampaikan oleh The World Bank mengemukakan bahwa penutupan sekolah selama pandemi bisa berdampak kerugian besar yang bersifat global bagi generasi saat ini akibat learning loss. Jaime Saavedra, Direktur Global untuk Pendidikan Bank Dunia mengatakan, “Kami sudah mengalami krisis pembelajaran sebelum pandemi. Dengan penyebaran virus Corona, krisis pembelajaran akan menjadi lebih dalam.”
 
Kehilangan Kesempatan Menyelesaikan Sekolah
Dampak penutupan sekolah selama pandemi mungkin berbeda-beda bagi setiap anak di suatu wilayah atau negara tertentu. Kita ketahui sendiri, sekolah daring selama pandemi tentu saja mensyaratkan adanya penggunaan teknologi dan internet. Sementara, akses ekonomi, pendidikan, maupun teknologi belum merata di seluruh dunia. Saavedra menambahkan, “Anak-anak yang lebih miskin akan memiliki lebih sedikit kesempatan untuk mempertahankan keterlibatan dalam proses pembelajaran.”
 
The World Bank melaporkan bahwa sebelum merebaknya pandemi COVID-19, 53 persen anak-anak di negara berpenghasilan rendah dan menengah hidup dalam kemiskinan untuk mengakses pendidikan di mana mereka tidak dapat membaca dan memahami teks sederhana pada usia 10 tahun. Di pandemi ini, di mana banyak mata pencaharian keluarga yang hilang, maka angka putus sekolah jadi semakin meningkat. Hampir 7 juta siswa dari pendidikan dasar dan menengah terancam putus sekolah.
 
Kondisi tersebut juga membuat anak perempuan sangat rentan seperti mengalami paksaan pernikahan dini. Dilaporkan juga bahwa kondisi ini meningkatkan ketidaksetaraan, terutama bagi penyandang disabilitas dan kelompok marginal lainnya.
 
Terpotongnya Waktu Pembelajaran Efektif
Sebelum pandemi, seorang siswa umumnya menempuh rata-rata 11,2 tahun untuk sekolah. Namun, bila disesuaikan dengan kualitas pembelajaran, maka menjadi sebesar 7,9 tahun sekolah.
 
Dari hasil simulasi dampak COVID-19 pada hasil belajar dan bersekolah, 5 bulan penutupan sekolah akan mengakibatkan hilangnya langsung 0,6 tahun sekolah yang disesuaikan dengan kualitas. Hal ini membuat pembelajaran efektif yang diterima siswa dapat mencapai penurunan dari 7,9 tahun menjadi 7,3 tahun. Saat ini, pandemi di Indonesia sendiri sudah berjalan sepuluh bulan sejak terdeteksinya pasien pengidap COVID-19 pertama.
 
Baca juga:
Lelah Sekolah Daring? Ajak Anak Ikuti 6 Gerakan Stretching Ringan Ini
8 Cara Menjaga Kesehatan Mental Anak
 
LELA LATIFA
FOTO: FREEPIK

 


Topic

#usiasekolah #parenting #pendidikan #sekolah #belajardarirumah

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia