Mendukung Anak Belajar Menjadi Ilmuwan

T


Tahukah Anda, Ma, setiap anak adalah pengamat dan ilmuwan cilik? Sejak bayi, mereka adalah jagoan eksperimen.

Ketika masih bayi, anak memainkan air liurnya, menarik-narik rambut Mama, atau bolak-balik menjatuhkan mainan rattle atau kerincingannya yang membuat Mama harus bolak-balik juga memungutnya.

Saat itu, bayi mungil Anda sedang bereksperimen dan mengamati apa yang akan terjadi kalau dia melakukan aktivitas-aktivitas itu, selain memang menemukan kesenangan.

Begitu beranjak besar dan sudah mulai bisa ngoceh, mulailah mereka menanyakan semua hal yang ada di sekitar mereka. Pertanyaan, “Ini apa?” bisa puluhan kali terlontar dari bibir mungil mereka dalam sehari, dengan mata berbinar penuh keingintahuan dan antusiasme.

Pengamatan mereka itu benar-benar murni, tidak ada persangkaan apa pun tentang suatu hukum pengetahuan tertentu atau curiga pada suatu hal.

Dan, saat lebih besar lagi, pertanyaannya pun semakin ‘canggih’: “Ini kenapa?”, yang mungin bisa membuat Mama harus menguras banyak perbendaharaan kata-kata sederhana agar mudah dipahami anak.

Saat itu, banyak hal berkaitan dengan sains sedang dia pelajari. Jangan dulu berpikir bahwa sains adalah sesuatu yang ‘mengerikan’, rumit, sulit, eksakta, dan harus orang sejenius Einstein yang bisa memahaminya.

Ada banyak hal berkaitan dengan sains yang bisa sangat sederhana dan amat mudah dipahami anak-anak. Bahkan, Anda bisa mengajaknya bermain eksperimen supersimpel menggunakan bahan-bahan dan peralatan di sekitar Anda.

Baca juga: Asah Otak Dengan Bermain

Dampingi Anak Belajar
Walaupun sederhana, setiap kali melakukan eksperimen, pastikan Anda mengutamakan keamanannya, ya. Untuk itu terapkan beberapa langkah safety first ini selama anak menjalankan proyek penelitiannya. 

- Pastikan eksperimen yang dilakukannya sesuai usia si kecil. Makin muda usia, makin sederhana.

- Selalu dampingi anak saat melakukan eksperimen. Selain demi keamanannya, setiap saat Anda bisa menjelaskan kepadanya tahap-tahap eksperimen dan hasilnya. Mungkin ia membutuhkan bantuan Anda untuk menjawab pertanyaannya mengapa air bisa berubah menjadi es batu, mengapa air berwarna merah dicampur air berwarna biru berubah jadi warna ungu, dan sebagainya. Mama juga bisa memberikan pertanyaan pertanyaan yang mendorong rasa ingin tahunya sehingga kemampuan kognitifnya terus berkembang.

- Penggunaan pisau, gunting tajam, benda-benda berujung runcing, menuangkan air panas, membengkokkan batang logam, mematahkan lidi harus dilakukan orang dewasa. Biarkan si kecil melihat prosesnya saja.

- Hindari menggunakan air panas. Anda harus super hati-hati saat melakukan percobaan menggunakan air panas. Air yang aman untuk anak-anak adalah suam-suam kuku saja.

- Beberapa percobaan pasti akan menimbulkan kondisi berantakan dan melibatkan cairan. Pakaikan baju pelindung, misalnya celemek, dan hati-hati jika lantai menjadi licin.
 
Baca juga: Ini Alasan Jangan Larang Anak Bermain Kotor

- Pastikan anak menggunakan gunting yang aman (dari plastik, berujung tumpul). Berhati-hatilah dengan preparat kecil-kecil seperti penjepit kertas, kelereng, peniti, benda-benda seukuran kancing atau koin uang, dan sebagainya.

- Jika menggunakan bahan makanan, katakan kepada si kecil bahwa untuk percobaan kali ini bahan-bahan ini bukan untuk dimakan.

- Gunakan bahan-bahan yang aman dari cemaran racun dan materi berbahaya.
 
Baca juga:
7 Makanan untuk Kecerdasan Otak Anak
6 Jenis Bermain pada Anak-anak
Yuk, Ajak Anak Bermain Sesuai Usianya!
6 Rambu Bermain Bagi Balita
7 Makanan Super untuk Tingkatkan Kecerdasan Anak

Updated: Maret 2022


Topic

#usiasekolah #parenting #pendidikan #sekolah #belajardarirumah

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia