Yuk, Jadi Pendengar yang Baik Bagi Si Kecil


 

Sebagai orang tua, Anda tentu merasa bahagia saat anak-anak mau terbuka untuk bercerita tentang apa pun di hidupnya pada Anda. Ya, keterbukaan adalah salah satu hal yang diharapkan oleh banyak keluarga. Tentu saja, keterbukaan dapat meningkatkan ikatan dalam hubungan.
 
Akan tetapi, sayangnya, banyak orang tua melakukan kesalahan saat mendengarkan cerita si kecil. Mereka memberikan respons kurang tepat, dan membuat anak-anak jadi menutup mulut dan enggan bercerita lagi.
 
Kesalahan apa sajakah yang membuat orang tua gagal menjadi pendengar yang baik bagi anak-anaknya? Kami merangkumnya dari Debra MacDonald, seorang praktisi pengasuhan bersertifikasi di Center for Parenting Education, AS, untuk Anda berikut:


1. Menjanjikan Semua Akan Baik-baik Saja

Sebagai orang tua, Anda tentu ingin memberikan rasa aman pada si kecil. Akan tetapi, dengan menjanjikan pada anak-anak bahwa masalahnya bukanlah masalah besar dan semuanya akan baik-baik saja, Anda justru tidak sedang menawarkan kenyamanan apa pun sebagai seorang pendengar. Masalah yang tampak sepele dan mudah diselesaikan bagi Anda, belum tentu dipandang demikian oleh anak-anak.
 
Dengan meyakinkan anak-anak Anda terlalu cepat, Anda meminimalkan masalah dan pada akhirnya membuat semua pembicaraan terhenti. Mereka justru malah bisa beranggapan bahwa Anda mengabaikan masalahnya dan meremehkan kesulitan mereka.


2. Tiba-tiba Jadi Kritikus

Tidak ada yang suka dikritik, apalagi anak Anda. Ia bercerita lantaran ingin mendapat dukungan dari Anda sebagai orang tuanya, bukan mendapatkan kritikan tajam yang menyudutkan mereka dan memosisikannya sebagai pihak yang bersalah atau penyebab terjadinya masalah.
 
Meskipun apa yang Anda katakan mungkin benar, akan tetapi ini malah akan membuat si kecil enggan bercerita lagi pada Anda. Sebab, bentuk komunikasi ini cenderung menempatkan Anda hanya fokus pada situasi, bukan pada anak-anak Anda, pengalaman mereka, atau reaksi mereka. Ini akan membuat mereka berpikir bahwa Anda tidak memahami perasaannya.


3. Tiba-tiba Jadi Guru

Ini adalah sebuah kesalahan ketika Anda menganggap anak Anda terlalu kecil atau terlalu tidak mampu untuk mengatasi masalahnya sehingga Anda harus menjelaskan atau mengajarkan banyak hal padanya. Yang dibutuhkan oleh anak Anda adalah kehadiran seorang pendengar, bukan seorang guru yang menceramahi mereka dengan berbagai hal.
 
Memang wajar bila Anda ingin memastikan bahwa si kecil mampu menyelesaikan masalahnya segera, terutama ketika solusi atas masalah mereka begitu jelas bagi Anda. Akan tetapi, tahan untuk tidak memberikan solusi dan justru mendorong mereka untuk menemukan cara untuk menyelesaikan situasi yang sulit adalah bagian penting dari pengasuhan.


4. Ikut Curhat

Niat Anda mungkin ingin berbagi dengan anak-anak bahwa Anda pernah mengalami hal yang sama dan memberi contoh bahwa Anda bisa menyelesaikan. Ini adalah hal yang baik. Hanya saja, menjadi salah ketika Anda masuk terlalu cepat. Ketika Anda tiba-tiba mengalihkan topik dari pengalaman anak-anak Anda ke pengalaman Anda sendiri, mreka akan merasa tidak didengar. Belum lagi, bila Anda salah memilih kalimat yang seolah-olah menunjukkan bahwa Anda lebih baik atau lebih mampu dalam menyelesaikan masalah serupa.

5. Buru-buru Bertanya

Sering kali karena sibuk, Anda ingin mempercepat proses mengobrol dengan langsung shortcut ke pertanyaan seperti, “Terus akhirnya gimana?” Pertanyaan ini tentu saja membuat si kecil kesal. Sabar dalam mendengarkan memang tidak mudah. Akan tetapi, dengan terus memberi kesempatan ia berbicara dulu sampai selesai, Anda akan dapat begitu banyak informasi. Selain itu, dengan sabar mendengar, Anda juga akan meningkatkan kepercayaan si kecil pada Anda sebagai orang yang selalu ada untuknya.
 
 
Baca juga:
Belajar mendengar aktif
Agar Anak Mau Mendengarkan Anda
15 Cara Agar Anak Mau Mendengarkan Anda
5 Mantra Agar Anak Mau Mendengarkan Perkataan Anda
5 Cara agar Suami Mendengarkan Omongan Anda
 
 
 
(LELA LATIFA)
FOTO: FREEPIK

 
 
 

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia