Jika Anak Mulai Tak Percaya Diri dengan Penampilannya



“Hiii... giginya ompong!” Danisa (6) selalu bereaksi demikian setiap melihat bayangan wajahnya tersenyum memperlihatkan gigi di cermin.

“Kata siapa kamu jelek? Gigi yang ompong, kan, cuma sementara. Nanti juga tumbuh gigi baru,” kata mamanya menghibur.

Selain ompong, kondisi fisik yang dianggap kurang cantik atau kurang ganteng oleh anak-anak umumnya adalah tubuh gemuk, kulit gelap, atau rambut keriting.  

Menurut psikolog Ratih Ibrahim, kesadaran penampilan pada anak umumnya terjadi pada rentang usia 2,5 hingga 3,5 tahun, seiring dengan semakin meningkatnya kelihaian berjalan dan berbicara anak. Di rentang usia itu, biasanya anak mulai keluar dari ‘cangkang’ egosentrismenya untuk membentuk diri menurut apa yang telah mereka pahami.

Dalam hal penampilan, pemahaman yang didapat anak berasal dari hal-hal yang terjadi sehari-hari di rumah, misalnya dari iklan di televisi yang menampilkan anak-anak berpenampilan menarik, atau komentar keluarga bernada pujian terhadap penampilan tertentu?misalnya memakai baju renda ala princess akan menuai pujian ‘cantik’.

Konsep ini akan menguat seiring anak mulai berinteraksi dengan teman sebaya, baik di lingkungan rumah maupun di sekolah. Hal ini karena stimulus perihal penampilan yang didapat dari rumah, bisa berbeda dengan yang didapat dari teman-temannya. Terlebih anak usia ini juga mulai suka bermain berkelompok. Jika menurut kelompoknya anak yang cantik itu adalah anak dengan rambut yang panjang lurus–apalagi bila dijepit dengan hairpin Frozen!? Maka bisa jadi anak akan menganggap rambut keriting dan berantakan itu jelek. Bila teman-temannya memiliki barisan gigi susu yang rapi dan (masih) lengkap, bisa jadi anak yang bergigi ompong, apalagi gripis kecoklatan, akan merasa malu dan tak percaya diri untuk tersenyum.

Yang merugikan adalah, bila ketidaksesuaian antara penampilan anak dengan harapan sosialnya membuat anak merasa tidak percaya diri atau minder, karena merasa dirinya tak cantik atau ganteng. Pada saat itulah bantuan orang tua dibutuhkan untuk memberi pemahaman yang tepat kepada si kecil tentang konsep ‘cantik’ dan ‘jelek’ yang sebenarnya, serta mengembalikan kepercayaan diri anak yang terluka hanya karena dirinya tak memenuhi standar penampilan yang diharapkan lingkungan.

Baca juga: Anak Khawatir Merasa Gemuk 
 

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia