3 Alasan Psikologis Anak Kecanduan Gagdet




Banyak orang tua mengeluh anak-anaknya tidak bisa berhenti menatap layar gadget dan memainkan jari-jari di atasnya. Benar saja, menurut survei yang dilakukan oleh King’s College London, Inggris terhadap 1043 siswa, 38,9% di antaranya mengalami kecanduan terhadap smart phone.
 
Selama ini sudah banyak referensi yang menunjukkan dampak anak kecanduan gadget. Akan tetapi hanya sedikit saja referensi pengasuhan yang mencoba membukakan mata orang tua mengenai mengapa anak-anak bisa kecanduan gadget. Bila pun ada, mayoritas hanya membicarakan karena tidak adanya aturan mengenai jadwal penggunaan gadget dari orang tua untuk anak-anak.
 
Padahal, ternyata tidak hanya itu faktor yang membuat anak-anak bisa kecanduan bermain gadget. Kita sebagai orang tua mungkin berpikir bahwa bermain gadget hanyalah aktivitas pengisi waktu yang bisa menghibur anak-anak. Akan tetapi Rany Moran, Certified Parenting Coach & Trained Counsellor menjelaskan bahwa ada alasan psikologis seorang anak bisa sangat bergantung pada gadget, yakni:
 

1. Gagdet Melepaskan Hormon Oksitosin
Di tengah banyaknya aktivitas anak serta banyaknya tuntutan yang mereka terima, meluangkan waktu sejenak dengan memainkan gadget dapat menjadi pereda stres mereka. Pada saat itu hormon oksitosin yang menghadirkan perasaan bahagia dilepaskan. Akhirnya, gadget menjadi penenang mereka di saat kondisi emosi mereka sedang tidak baik.
 

2. Memenuhi Kebutuhan Terkoneksi
Dengan gadget, anak-anak dengan mudah dapat terkoneksi dengan teman lain. Mereka bisa bersosialisasi secara digital. Hal ini sangat penting mengingat di usia sekolah, anak-anak sudah ada kecemasan untuk tersingkir atau dikucilkan dari lingkaran mereka.
 
“Apa lagi untuk anak yang karakternya pemalu. Mereka bisa berinteraksi tanpa harus bertatap muka langsung,” ujar Rany. Hal ini yang membuat mereka merasa bahwa gadget bisa membantu memfasilitasi kelemahan mereka.
 

3. Gadget Membuat Anak Merasa Berhasil
Anda mungkin tidak pernah memikirkan ini sebelumnya. Memainkan video game di dalam gadget ternyata mampu membuat anak merasa punya kompetensi. “Ada adrenalinnya,” ujar Rany menjelaskan apa yang dirasakan anak ketika mereka meghadapi tantangan dari setiap level.
 
“Memungkinkan anak merasa berprestasi dan memberikan rasa pencapaian yang nyata,” imbuhnya. Hal ini terutama berlaku untuk anak-anak yang kurang mendapat apresiasi dari lingkungan terdekatnya, termasuk orang tua. Sehingga, mereka akan terus bergantung pada gadget di mana mereka bisa mendapatkan apa yang mereka butuhkan secara psikologis.
 
Dampaknya Bagi Anak
Rany menjelaskan bahwa banyaknya anak-anak yang mengalami kecanduan gadget sejak usia dini ini punya beberapa dampak, antara lain perilaku ‘anti-pegal behavior’. “Malas ngomong, pakai emoji, malas ketemu face to face,” tuturnya.
 
Hal ini juga dapat membuat anak menjadi pseudo satisfied atau mendapat kepuasan semu. “Mereka akhirnya merasa hampa,” ucap Rany.
 
Yang Harus Dilakukan Orang Tua
“Jangan malas, gadget bukan babysitter,” ujar Rany tegas. Di samping memberikan aturan tentang penggunaan gadget, orang tua juga harus meluangkan waktu untuk melakukan aktivitas bersama.
 
Di samping itu, Rany juga berpesan untuk tidak menjadikan gadget sebagai bahan hukuman atau menyuap anak. Sebab, dengan demikian anak tidak akan belajar mengenali emosinya.
 
Orang tua juga harus mengajarkan anak yang sudah mulai aktif menggunakan media sosial mengenai digital safety skill termasuk cara memfilter informasi yang benar dan salah.
 
Baca juga:
2 Masalah Yang Timbul Akibat Kecanduan Gadget
6 Cara Melindungi Anak dari Kecanduan Game Online
Gangguan Mata Akibat Main Gadget
5 Langkah Atasi Anak Kecanduan Game
Pengaruh Gadget pada Perkembangan Bicara Anak
Cara Natasha Rizky Batasi Gadget untuk Anak-anaknya
 
 
LTF
FOTO: SHUTTERSTOCK
 
 
 
 

 

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia