Ingin Membesarkan Anak yang Berhasil? Ganti Pola Pikir Ini!




Ada pendapat yang mengatakan bahwa orang tua zaman sekarang rentan menjadikan anak-anak the busy kid. Sejak kecil, anak-anak sudah dimasukkan ke sekolah, diikutkan berbagai kelas tambahan pelajaran, serta beragam les bakat-minat. Katanya, ini semua demi kebaikan anak.
 
Nah, hal itu tercermin jelas dalam kehidupan para tokoh yang ada di drama Korea berjudul Sky Castle. Drama ini memang sudah muncul sejak 2018 lalu. Akan tetapi, sampai saat ini cerita di dalamnya masih relevan untuk dibahas, terutama dalam hal pengasuhan.
 
Para orang tua yang tinggal di komplek Sky Castle sangat terobsesi dengan nilai akademis anak-anaknya yang baik. Prestasi anak-anak dianggap dapat menjaga atau bahkan meningkatkan harga diri orang tua.
 
Rany Moran, Certified Parenting Coach & Trained Counsellor mengatakan bahwa kebiasaan atau pengasuhan orang tua yang demikian rentan menjadikan anak kehilangan jati dirinya yang otentik. Mereka akan mengikuti apa yang diharapkan orang tua saja. Akhirnya, mereka terjebak menjadi generasi pseudo-satisfied atau terjebak pada kebahagiaan semu yang selalu merasa hampa. Inilah yang memang dialami oleh hampir semua anak di Sky Castle.
 
“Kita terperangkap membesarkan anak kita sebagai ahli teknik, tapi secara moral itu tidak becus,” ujarnya. Rany menambahkan, “Sayangnya, fokus orang tua bukan membekali anak dengan life skill yang baik. Tapi, dengan memberi segudang aktivitas.”
 
Menurut Rany, banyak orang tua yang tidak memahami emosi serta masalah yang dihadapi anak, “Orang tua terlalu tersita ke masalah stres, urusan kita sendiri, sehingga lupa urusan kita menyiapkan anak menjadi mausia yang sehat (secara mental),” ujarnya.
 
Anak-anak yang terbiasa dibesarkan dengan pola pikir demikian akan rentan memandang bahwa kesuksesan hanya bisa dinilai dengan popularitas serta materi. Di sisi lain, banyak anak yang akhirnya tumbuh dengan perasaan kurang puas terhadap diri mereka sendiri. Lebih-lebih, di masa praremaja atau remaja, ketika anak sudah mulai berkutat dengan isu citra diri: tentang siapa aku, bagaimana aku dinilai orang lain, serta apakah aku berbeda dengan yang lain.
 
Lalu, apa yang harus dilakukan orang tua agar hal tersebut tidak terjadi dan anak bisa tumbuh bahagia? Berikut ini adalah pola pikir orang tua yang sebaiknya dimiliki.
 

  • Mendorong anak jadi yang terbaik
Ganti dengan: Mendorong anak untuk melakukan yang terbaik sesuai batasan yang dimilikinya.
 
  • Melakukan semua hal yang terbaik demi anak
Ganti dengan: Melakukan apa yang menjadi minat dan bakat anak, agar anak tidak merasa terpaksa dalam menjalankannya dan tidak merasa bersalah bila tidak bisa memenuhinya.
 
  • Memiliki ekspektasi bahwa anak adalah kebanggan orang tua
Ganti dengan: Setiap orang punya jalan masing-masing. Sukses adalah bisa hidup nyaman dan aman tanpa harus sering berbohong kepada orang lain serta terus mencari pengakuan dari orang lain.
 
  • Kalau anak berbuat kesalahan, artinya mereka gagal.
Ganti dengan: Selalu pahami perasaan anak tanpa menyudutkannya dan bantu mereka mengetahui kesalahannya serta membantu mencari solusi yang tepat.
 
  • Anak adalah aset berharga, maka harus dilindungi.
Ganti dengan: Anak sangat berharga, ia akan menjalani kehidupan yang sangat berharga. Oleh karenanya, orang tua harus memberikan bekal berharga berupa kemampuan menjalani hidup dengan memberi kesempatan bagi mereka untuk mandiri atau membuat keputusan sendiri. Orang tua tidak boleh over protective.
 
Baca juga:
6 Langkah Orang Tua Mendorong Anak Menuju Sukses di Era Modern
6 Ciri Orang Tua yang Membesarkan Anak Sukses
Mengenal The Resilient Kids, Si Anak Tangguh Zaman Now
5 Ciri Toxic Parent
7 Dampak Toxic Parent bagi Anak
 
 
LTF
FOTO: SHUTTERSTOCK

 

 





Video

Lindungi Anak dari Kejahatan Pedofilia


Polling

Ingin Membesarkan Anak yang Berhasil? Ganti Pola Pikir Ini!

Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia