7 Kesalahan Mendidik Anak Remaja Laki-Laki

membesarkan anak laki-laki


Membesarkan anak remaja laki-laki tentu tak mudah. Apa lagi semakin banyak tantangan di era teknologi internet ini-cyber bullying, tekanan dari teman sebaya, tuntutan akademis, dan lainnya.
 
Semua orang tua tentu ingin anak laki-lakinya tumbuh menjadi sosok yang bekualitas. Beragam cara dilakukan mulai dari memilihkan sekolah terbaik, mengikutkan berbagai klub bakat-minat, mendaftarkan les, maupun membawanya bertemu banyak orang.
 
Semua hal itu memang baik. Sayangnya, ada beberapa kesalahan yang mungkin tanpa disadari dilakukan dalam mendidik anak laki-laki kita.
 
Apa sajakah?


1. Berharap Mereka Tak Pernah Sedih
Yang benar saja, merasakan berbagai emosi adalah hal yang manusiawi, lumrah ada di setiap manusia. Sering kali, kita selalu mengharapkan anak kita untuk tidak sedih, tidak menangis, dan selalu tegar. Padahal, semua ekspresi baik itu kesedihan, frustrasi, malu, bangga, takut, malu, cinta, keinginan, keberanian, rasa tidak aman adalah wajar.
 
Justru, ketika Anda melarang mereka untuk mengekspresikan kesedihannya, ada beberapa dampak negatif yang akan dialaminya dan terbawa sampai dewasa kelak. Anda bisa membaca dampak negatifnya di sini.
 

2. Berasumsi Mereka Tidak Pernah Jadi Korban
Lingkungan yang menganggap laki-laki lebih kuat umumnya akan fokus memerhatikan keselamatan dan keamanan anak perempuan saja. Mereka lupa bahwa anak laki-laki juga bisa jadi korban, baik itu korban bullying. Bullying pada anak laki-laki sering kali malah bisa berujung pada kekerasan fisik. Ketahui Beda Bullying pada Anak Laki-laki dan Perempuan.
 
Mereka juga mungkin menjadi korban kejahatan seksual. Menurut data dari Male Survivor, 1 dari 6 anak laki-laki menjadi korban kejahatan seksual sebelum usia 18 tahun. Oleh karenanya, nak laki-laki harus diberikan pendidikan seksual sejak kecil. Ini bukan hanya materi untuk anak perempuan saja. Mereka harus mengetahui apa nama dari setiap anggota tubuhnya dan mana yang termasuk area privat yang tidak boleh dilihat dan disentuh orang lain. Mereka juga harus memahami otonomi tubuh di mana mereka berhak mengatakan “tidak” untuk setiap kontak fisik.
 
Orang tua juga harus belajar mengenai Child Grooming, Proses Pedofil Bekerja agar bisa melindungi anak-anaknya.
 
Baca juga: Hati-hati, Jangan Posting 12 Foto Anak Ini di Medsos
 
3. 
Mengharus Mereka Hebat dalam Bidang Olahraga
Anda tidak pernah harus hebat dalam olahraga,” ujar Joanna Schroeder, penulis feminis yang merupakan penulis rekanan Western States Center Resource Guide For Parents On The Subject Of Teaching Children Media Literacy In The Age Of Modern American Extremism.
 
Menurutnya, banyak orang yang berpikir bahwa pria sejati harus jago olah raga. Tidak, kok. Setiap anak memiliki bakat dan minat masing-masing. Memaksakan anak yang minatnya ada di bidang sains, teknologi, seni, atau Bahasa untuk menyukai bidang olah raga sama saja seperti mengurung singa dalam kandang.
 

4. Tidak Membicarakan Ketakutan Mereka
Anak laki-laki juga bisa takut. “Bicarakan dan jelaskan bahwa orang pemberani bukanlah orang yang tidak pernah takut. Mereka adalah orang yang takut tetapi tetap memutuskan untuk menerima tantangan penting,” ujar Joanna.
 

5. Berasumsi ‘Boys Will be Boys
Tak seperti anak perempuan, anak laki-laki justru dituntut untuk selalu berani, aktif, tegas, tangguh. Malah, banyak yang menormalisasi bahwa anak laki-laki boleh agresif dalam menyelesaikan masalah. “Nggak pernah berantem berarti bukan cowok,” begitu kira-kira. Bagaimana bila mental seperti ini yang terpelihara di dalam diri mereka?
 
Kita tentu menginginkan anak-anak kita memiliki empati, sehingga mereka belajar sejak usia dini untuk memikirkan bagaimana tindakan mereka memengaruhi perasaan orang lain. Kita harus mengajari anak laki-laki kita menyelesaikan masalah dengan negosiasi serta mengingat bahwa keputusan orang lain untuk mengatakan ‘tidak’ harus diterima.
 

6. Tidak Melarang Membuat atau Menertawakan Lelucon Seksis
Pernah mendengar sekelompok anak laki-laki remaja yang membuat lelucon seksis dan kebanyakan korbannya adalah perempuan? Hal ini adalah sesuatu yang sangat tidak bermoral dan tidak dapat dibenarkan.
 
Tegaskan kepada anak dari awal untuk menghargai setiap orang dan tidak membuat lelucon seksis, termasuk ikut tertawa bila hal itu dilontarkan oleh orang lain.
 

7. Berhenti Memeluk Mereka saat Mereka Tumbuh Dewasa
Katanya, sih, anak-anak remaja laki-laki sudah malu kalau dipeluk orang tuanya. Tapi, apakah kita harus berhenti melakukannya? Sentuhan fisik adalah hal yang lumrah diberikan sebagai bentuk kasih sayang, apalagi bila bahasa cinta anak Anda memang physical touch. Hal ini juga mengajarkan anak-anak tentang kontak fisik yang tulus. Jadi, tak ada salahnya.
 
Ketahui 5 Bahasa Cinta Si Kecil yang lengkap, Ma, Pa.
 
Baca juga:
7 Hal Penting Ini Perlu Papa Contohkan Kepada Anak Laki-Lakinya
 Anak Laki-laki Lebih Mungkin Ingin Mencoba Pacaran
6 Nilai yang Harus Ditanamkan pada Anak Laki-laki
3 Langkah Mengasuh Anak Tangguh
 
 
LTF
FOTO: FREEPIK

 


Topic

#usiasekolah #parenting #anaklakilaki

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia