Hadapi Anak Pembangkang

bagaimana menghadapi praremaja suka membangkang?


Ketika anak melewati masa balita, Mama merasa sudah bisa bernapas lega. Masa-masa anak Anda meledakkan tantrum sudah berlalu. Tapi tunggu dulu, Anda perlu siap-siap, ya, tantangan baru tak lama lagi akan muncul di depan mata.
 
Memasuki usia praremaja, jangan heran bila putri kecil atau jagoan Anda mulai melakukan 'pemberontakan' kecil-kecilan. Tarik napas dalam-dalam dulu, Ma. Meski sering kali bikin frustasi, ini adalah tahap pertumbuhan yang wajar dilalui si praremaja.

”Saat ini, dia sedang berusaha menjajaki peraturan di rumah serta harapan-harapan yang Anda tanamkan kepada dirinya. Tingkah laku anak Anda tersebut adalah usahanya untuk mengekspresikan diri serta menunjukkan kemandirian dan otoritasnya di rumah,” kata Susanne Ayers Denham, pengajar di jurusan Psikologi di George Mason University, Virginia.
 
Baca juga: Cara Menjawab Omongan Anak Praremaja

Seiring bertambahnya usia anak, dia akan mulai mempelajari berbagai hal tentang dunia. Si praremaja juga akan mulai membangun opini sendiri (atau meniru opini temannya!) mengenai cara berhubungan dengan orang lain. ”Jadi, jangan heran bila anak Anda tahu-tahu menunjukkan sikap yang seperti bukan dirinya. Kemungkinan saat itu dia sedang menerapkan 'resep' yang didapat dari orang lain,” kata Denham.

- Jangan balas dengan kemarahan.
Jangan lupa, Ma, sekesal apa pun Anda dibuatnya, usahakan agar jangan balas meledakkan emosi kepada si praremaja. Ketika sedang bertingkah laku buruk, sebenarnya anak juga merasa tidak nyaman, lho. ”Balas memarahi malah berisiko memperburuk tingkah lakunya. Lebih baik berikan dorongan positif dengan cara memuji anak bila menunjukkan tingkah laku yang diinginkan,” kata Jane Nelsen, penulis buku Positive Discipline.

- Bukan hukuman, tapi anak perlu tahu konsekuensi.
Nelsen punya pendapat sendiri mengenai hukuman. Menurutnya, hukuman memang bisa menjadi efek kejut yang membuat anak mau menuruti peraturan Anda. Tetapi, itu terjadi karena dia takut akan apa yang akan terjadi nanti, dan bukan karena inisiatif dari dalam dirinya sendiri. ”Padahal, tujuan dari mendisiplinkan anak adalah agar mereka bisa mengontrol dirinya sendiri, dan bukan supaya anak-anak kita berada di bawah kontrol orang tua, bukan?” ujarnya.
 
Baca juga: 7 Kesalahan Orang Tua Mendisiplinkan Anak

Walaupun hukuman bukan pilihan tepat mendisiplinkan anak, kata Nelsen, anak juga tetap mesti tahu bahwa ada konsekuensi yang harus dihadapi jika dia melanggar aturan yang telah disepakati. Hanya saja, upayakan memberi jenis konsekuensi yang bersifat logis dan spesifik, bukannya bersifat menghukum. Misalnya, kalau dia terus main sepak bola di dalam rumah dan membahayakan seisi rumah, Anda terpaksa akan menyimpan bolanya di dalam garasi. Atau jika dia tidak mau berhenti main games padahal hari itu sudah terlalu lama, maka dia akan kehilangan bermain games selama 1 minggu. Bicarakan mengenai konsekuensi ini dengan anak, sehingga ketika terjadi pelanggaran aturan, dia sudah tahu. Dia marah lagi? Tidak apa-apa, biarkan dia berpikir tentang apa yang dia lakukan dan konsekuensi yang perlu dia jalani.  

- Choose your battle!
Nasihat lama ini ampuh digunakan mulai dari anak Anda kecil hingga ia dewasa. Artinya, ketimbang mengurusi hal-hal yang sebenarnya tidak terlalu penting seperti memaksa dia mengganti busana yang menurut Anda tidak matching, lebih baik Mama mendekati dirinya serta mencoba memahami selera pribadi dan pilihan-pilihannya. Bagai meremas pasir dalam genggaman, mengekang erat keinginan anak malah akan membuatnya kian bertekad untuk melarikan diri dari Anda.
 
Baca juga:
4 Strategi Mendisiplinkan Anak Praremaja
4 Cara Mendisiplinkan Anak yang Super Sensitif
Trik Jadi Papa Andalan Si Praremaja
Personal Hygiene yang Harus Diajarkan kepada Anak Praremaja
Curhatan Papa: Jadi Jauh dengan Si Praremaja?
 
Updated: Februari 2022
Foto: ENVATO
 

 


Topic

#usiasekolah #parenting #parentingstyle #disiplin

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia