Ini Yang Dipikirkan Anak-anak Saat Orang Tuanya Bertengkar



 

Tak ada pasangan yang selalu hidup damai tanpa pertengkaran sekecil apa pun. Pasangan bahagia pun juga punya konflik untuk diperdebatkan.
 
Pertengkaran Anda tentu saja tak hanya berdampak bagi Anda, melainkan juga pada si kecil—yang mungkin secara tidak sengaja melihat atau mendengarkannya langsung. Lalu, apa, sih, yang dipikirkan oleh anak-anak saat orang tuanya bertengkar?
 
Yang Dipikirkan Anak Prasekolah
Anak-anak usia prasekolah dapat membangun persepsi tentang pertengkaran yang sama sekali tak pernah Anda duga sebelumnya. Tovah P. Klein, Ph.D., psikolog anak penulis buku How Toddlers Thrive, mengatakan bahwa anak-anak di usia ini mungkin berpikir bahwa merekalah penyebab perselisihan orang tuanya. Misal, mereka bisa berpikir, “Andai saja aku nggak menangis karena minta nonton TV, pasti mereka tidak akan saling bertengkar.”
 
"Mereka diperintah oleh pemikiran magis, dan percaya bahwa mereka adalah pusat dari alam semesta," ujarnya. Bila si kecil tidak diberi pemahaman yang tepat, maka ia akan berpikir bahwa dirinya buruk.
 
Yang Dipikirkan Anak di Atas 6 Tahun
Anak-anak yang lebih tua dapat berpikir tentang perceraian ketika menyaksikan orang tuanya bertengkar. E. Mark Cummings, Ph.D., profesor psikologi di William J. Shaw Center for Childen and Families di University of Notre Dame, AS, bahkan menjelaskan bahwa konflik yang terjadi terlalu sering dan tampak tak bisa diselesaikan akan membuat anak-anak menderita kecemasan, depresi, dan gangguan tidur. Mereka juga berisiko mengalami masalah konsentrasi di sekolah dan dalam pergaulan.
 
Peka Terhadap Reaksinya
Pertengkaran orang tua tentu membuat anak-anak merasa tidak aman. Mereka dapat menunjukkan kecemasan dengan cara yang berbeda-beda. Mereka bisa di saat yang bersamaan menutup telinga, ikut berteriak, menangis, menutup mata, atau bahkan berlari dari ruangan saat orang tuanya bertengkar. Akan tetapi, ada juga anak yang tampaknya diam-diam saja melainkan malah membuat masalah di sekolah, nilainya menurun, dan sering bertengkar dengan teman. Ini semua adalah pertanda bahwa pertengkaran telah memengaruhi si kecil.
 
Menjelaskan Pada Si Kecil
Sebetulnya, pertengkaran orang tua tak selalu hanya membawa dampak negatif bagi anak. Cummings menjelaskan bahwa dengan menyaksikan orang tuanya bertengkar dengan sehat dan bisa menyelesaikannya dengan solutif, anak-anak akan belajar bahwa kemarahan adalah semua emosi yang wajar. Mereka juga akan belajar bahwa mereka perlu menyampaikan perasaan mereka yang sebenarnya. Ini akan sangat bermanfaat bagi mereka untuk bekal resolusi konflik dengan siapa pun saat dewasa.
 
Nah, PR-nya adalah menjelaskan perkara Anda dan suami pada si kecil sehingga ia punya persepsi yang konstruktif tentang pertengkaran. Hal ini memang tidak mudah. Anda bisa menjelaskan dengan kalimat, “Mama dan Papa saling marah. Tapi kami berdua sudah membicarakannya dan sudah menemukan jawabannya.” Anda bisa juga melanjutkan dengan, “Kami tadi saling teriak untuk mengungkapkan perasaan masing-masing. Tidak apa, semua orang butuh menyampaikan perasaannya dan yang lain butuh mendengar untuk menyelesaikan masalah. Mama dan Papa masih saling mencintai.” Dari penjelasan ini, si kecil akan belajar bahwa setiap masalah—sekalipun panas— bisa diselesaikan dan membuat hubungan tetap baik.
 
 
Baca juga:
50 Daftar Hal Sensitif yang Dapat Membuat Pasangan Bertengkar
Stop Efek Negatif Bertengkar Depan Anak
Bertengkar dengan cinta
Dampak Positif dan Negatif Saat Anak Melihat Pertengkaran Orang Tua
8 Tip Menghindari Pertengkaran Rumah Tangga Selama #dirumahsaja
 
 
(LELA LATIFA)
FOTO: FREEPIK

 

 





Video

Lindungi Anak dari Kejahatan Pedofilia


Polling

Ini Yang Dipikirkan Anak-anak Saat Orang Tuanya Bertengkar

Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia