Peran Orang Tua Membantu Tugas Prakarya Anak



Sebagian orang tua belum bisa melepaskan anak menyelesaikan tugas sendiri karena takut mendapat nilai yang tidak maksimal? Sebagai orang tua, kita perlu menyadari bahwa tugas kita adalah memberikan pendampingan yang tepat agar anak tetap berkarya semampu mereka, tanpa merasa dipaksa atau tertekan dengan standar tinggi yang kita patok. Clara (34), mama dari Darrel (8), berterus terang, terkadang memaksa anak untuk lebih rapi dalam menyelesaikan tugas. “Darrel cenderung cuek dan tidak mengerti keindahan seni. Saya bisa saja meminta dia untuk merapikan kembali pekerjaan tangannya, jika masih memungkinkan dicopot dan dipasang kembali. Atau dibuat ulang bila hasilnya acak-acakan banget, agar hasilnya tidak terlalu ‘buruk’ di mata saya,” katanya sambil tersenyum. Jika anak berkeras tidak mau mengulanginya? Clara memilih untuk membiarkan, sembari memberi tahu konsekuensinya bahwa jika mendapat nilai yang tidak terlalu baik, ya jangan kecewa.

Menurut Gisella, psikolog anak, sebagai orang tua, kita perlu melatih untuk memberikan kepercayaan diri pada anak bahwa dia mampu menyelesaikan tugas secara mandiri. Mulailah melibatkan anak dalam memutuskan beragam hal yang berkaitan dengan dirinya, sesuai dengan proporsi kemampuan anak. Dari hal paling sederhana, seperti memilih warna dan material yang akan digunakan, hingga mana yang harus dilakukan lebih dulu. “Bicaralah dari hati ke hati, lakukan dialog yang berkelanjutan dengan anak mengenai pentingnya menyelesaikan tugas itu sendiri, serta cara-cara yang menyenangkan dalam mengerjakan tugas. Ketika terbiasa memberikan kontribusi pendapat dan mencari solusi, anak akan terdorong dan terbangun motivasinya untuk bertindak atau berkarya secara mandiri,” saran Gisella.

Satu lagi, sebaiknya orang tua memahami peranan mereka adalah membimbing, memberikan ruang, memberikan dasar kasih sayang yang tulus kepada anak, serta menyadari bahwa anak dan saya sebagai orang tua adalah individu yang berbeda. “Betul bahwa dua individu ini saling memengaruhi. Namun, jangan sampai orang tua terlalu banyak mencampuri hak anak untuk berpendapat dan berpikir dengan kreasinya. Sadari juga ambisi-ambisi pribadi orang tua sehingga tidak menyerang anak, melainkan menularkan semangat berjuang dan optimisme yang sehat,” kata Gisella lagi.

Menurut Clara, sesulit apa pun tugas yang diterima oleh anaknya, ia tidak pernah sampai harus turun tangan mengerjakan prakarya Darrel. “Mungkin akan saya bantu ketika anak sudah terlalu mengantuk dan capek, dan dia baru ingat ada tugas yang harus diselesaikan. Yang jelas, sebisa mungkin semua instruksi datang dari anak, saya membantu sesuai keinginannya, agar lebih cepat saja.”

Ini pulalah yang membuat Melyawati (33) tidak terlalu mementingkan nilai akhir, melainkan menekankan pada prosesnya. “Untunglah saya bukan tipe good grade minded. Senang rasanya jika pada akhirnya bukan hanya saya atau gurunya yang mengapresiasi kerja keras anak, tetapi diri sendiri. Anak jadi percaya diri bahwa dia menyelesaikan tugasnya sendiri. Mudah-mudahan, ketika anak melihat karya temannya yang lebih baik, dia terpacu berusaha lebih maksimal pada tugas berikutnya.” Ia melanjutkan, sebagai orang tua, ia merasa wajib untuk memberi masukan agar anak lebih baik di tugas berikutnya, tetap percaya diri saat bersaing. “Jika saya terlalu sering membantu, kasihan anak saya karena menjadi tidak mandiri alias tergantung pada orang lain.”

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia