Squid Game Bukan untuk Anak-Anak, Orang Tua Jangan Kecolongan

mengapa squid game berbahaya untuk anak-anak


Serial Squid Game menjadi trending topic dan menempati posisi atas di Netflix. Tak hanya di negara asalnya, Squid Game juga diminati di Indonesia. Dengan kemudahan menonton di rumah, orang tua harus memerhatikan batasan ruang saat menonton judul ini. Jangan sampai menontonnya di ruang keluarga di mana anak-anak juga di sana atau bahkan mengajak anak-anak menonton bersama. Sebab, sekalipun berlatar permainan tradisional untuk anak-anak di Korea Selatan, serial ini bukan untuk anak-anak.
 
Ketika Anda mendengar judul Squid Game, Anda mungkin punya kesan bahwa serial ini tentang permainan yang tentu saja menyenangkan. Apalagi ditambah dengan boneka raksasa dengan warna cerah. Persepsi yang sama mungkin dimiliki oleh orang tua yang mengajak anaknya untuk menonton film Joker yang disutradarai oleh Todd Phillips dan Gundala karya Joko Anwar di bioskop.

Baca juga:
 5 Panduan Sebelum Ajak Anak Nonton Film di Bioskop
 
Cerita Squid Game Tidak untuk Anak
Ternyata, drama Squid Game berkebalikan dari semua kesan ‘ceria’ dan ‘menyenangkan’ layaknya sebuah permainan anak-anak. Banyak adegan menegangkan, penuh kekerasan, berdarah-darah, banyak kata umpatan, serta mengganggu di sini. Di dalamnya juga memuat adegan seks tanpa sensor. Oleh karenanya, drama ini memiliki rating TV-MA yang artinya tidak sesuai untuk anak di bawah 17 tahun.
 
Drama ini juga memuat cerita yang terlalu kompleks untuk anak-anak seperti kecanduan judi, mencuri dari ibu sendiri, serta cerita tragis mengenai kehidupan tokoh yang punya utang dan terancam diambil ginjal serta matanya bila tak sanggup membayarnya. Bahkan, ia menandatangi perjanjian tersebut dengan darahnya sendiri.
 
Secara keseluruhan, Squid Game menceritakan 456 orang yang mengikuti permainan demi mendapatkan hadiah akhir sebesar 45,6 miliar won. Dalam permainan ini, tidak ada satu pun orang yang bisa mundur setelah bergabung. Salah satu permainan yang populer dari serial ini adalah Red Light, Green Light di mana para peserta harus berlari ketika robot raksasa mengatakan ‘Green Light’ dan harus membeku ketika sang robot mengatakan ‘Red Light’. Siapa pun yang melanggar, maka akan disingkirkan dari permainan. Namun, yang dimaksud dengan disingkirkan bukanlah dikeluarkan dari lapangan permainan, melainkan ditembak dengan senjata yang ditempatkan di dinding arena.
 
Baca juga: Anak Ingin Nonton Squid Game, Orang Tua Harus Apa?
 


Mengapa Anak Tidak Sebaiknya Menonton Squid Game?
 

  • Tidak Termasuk dalam Segmen yang Ditargetkan
Sekali lagi, drama Squid Game ini memiliki rating TV-MA yang artinya tidak sesuai untuk anak di bawah 17 tahun.
 
  • Pemahaman Anak Belum Sematang Orang Dewasa
Orang tua mungkin menganggap anak belum paham apa yang sedang ditonton. Akan tetapi, Vera Itabiliana Hadiwidjojo, psikolog anak dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia mengatakan bahwa justru karena pemahaman anak belum sematang orang dewasa, maka hal yang dikhawatirkan adalah film akan menimbulkan persepsi kurang tepat seperti belajar kekerasan atau mempelajari cara di dalam film yang sebetulnya dianggap buruk. Mereka pun masih lemah dalam memahami mengapa seorang tokoh memilih melakukan suatu tindakan.
 
  • Otak Anak Belum Berkembang Sempurna
Laura Linn Knight, parenting educator menyayangkan bahwa Squid Game banyak ditonton oleh anak-anak di bawah usia yang direkomendasikan. Bahkan banyak anak SD yang ikut menontonnya.
 
Menurutnya, otak manusia belum berkembang sepenuhnya sampai usia 25 tahun. Sehingga, anak-anak belum terlalu mampu membedakan realitas dan fiksi. Hal ini membuat ayangan yang mengandung usur kekerasan seperti yang ditampilkan dalam Squid Game, bisa terasa berlebihan di anak-anak.
 
Baca juga: Yuk, Pahami 5 Tipe Otak Anak!
 
  • Anak-anak Sangat Imajinatif
Damon Korb, Behavioral and Developmental Pediatrician di California, AS menjelaskan mengapa tayangan di serial Squid Game rentan untuk anak-anak. “Anak-anak memiliki imajinasi aktif, yang mereka gunakan secara kreatif dalam bermain dan belajar,” ujarnya. Ia juga menceritakan pengalamannya sendiri selama berpraktik, “Saya memiliki beberapa pasien yang mengalami mimpi buruk tentang Five Nights at Freddy's meskipun hanya melihat gambar di internet atau tidak pernah menontonnya sama sekali.”
 
Baca juga: Mama, Ada Monster di Bawah Kasur!
 
Apalagi, cerita tersebut mengambil latar permainan masa kecil yang bisa saja mereka mainkan di lapangan perumahan, halaman sekolah. "Sekarang mereka terpapar dengan bagaimana pembunuhan terjadi dan mengancam jiwa,” tegas Laura.
 
  • Anak-anak Bisa Meniru
Melansir dari Washington Post, ada beberapa laporan yang menunjukkan bahwa anak-anak meniru adegan permainan yang ada di dalam Squid Game saat istirahat sekolah. Anak-anak mengimitasi aturan permainan yang sama, namun peluru diganti dengan kekerasan fisik seperti pukulan atau bentuk agresi lainnya. Ini tentu menjadi kekhawatiran orang tua.
 
Bahkan, sekolah-sekolah di Australia sudah mewanti-wanti orang tua agar tidak memberikan tontonan Squid Game pada anak mereka. Mengutip dari The Guardian, Tim Perlindungan Pendidikan dari Dewan Central Bedforshire, UK juga mengirim e-mail peringatan kepada orang tua di distrik tersebut untuk mewaspadai akses anak-anak di bawah umur untuk menonton Squid Game. Waaah, bahaya, kan, Ma, Pa, kalau anak-anak sampai meniru dan berujung tindak kekerasan.
 
Kalau Tidak Nonton dari Netflix, Belum Tentu Aman
“Oh, syukur, deh, anak saya nggak nonton di Netflix.”
 
Tetap waspada, Ma, Pa. Walaupun tidak pernah nonton di Netflix, belum tentu anak-anak tidak pernah terpapar. Dosen Senior Cinema and Screen Studies di Swinburne University of Technology, Melbourne, Australia yang juga memperoleh pendanaan dari Australian Children's Television Foundation, Jessica Balanzategui mengatakan bahwa anak-anak sangat mungkin terpapar Squid Game, baik tokohnya maupun jalan ceritanya karena drama tersebut memang meluas di konten-konten viral YouTube maupun TikTok. Kita tahu sendiri bahwa dua platfrom tersebut populer di kalangan anak.

Bahkan, ia mencatat sejumlah saluran populer di YouTube Kids (dirancang untuk pemirsa di bawah 12 tahun) telah memanfaatkan tren Squid Game. “Boneka animatronik raksasa yang bertindak sebagai sensor gerak mematikan dalam game ini telah banyak dijadikan meme. Boneka ini sering ditampilkan dalam thumbnail video untuk konten YouTube anak-anak terkait Squid Game,” ujarnya.

Ia mengatakan bahwa sebagian besar video YouTube anak-anak ini sendiri memang tidak berbahaya. Namun, bagaimana pun juga, Squid Game telah menyusup ke konten digital yang secara eksplisit menargetkan anak-anak. “Konten YouTube ini mencakup video karakter ‘Cara Menggambar Squid Game’, dan video gameplay bertema Squid Game dari online video game Roblox,” ujarnya, memberi contoh. Atau, ada juga konten TikTok yang penggunanya berperan sebagai aktor di dalam Squid Game itu sendiri.

Baca juga: Dampak Games Kekerasan pada Anak
 
Squid Game yang cerah dan kekanak-kanakan, fokus pada permainan taman bermain. Mungkin tidak mengherankan jika konten ini menarik bagi anak-anak,” imbuhnya. Inilah mengapa konten-konten dengan thumbnail Squid Game juga sangat mungkin diklik anak-anak. Jika sudah begini, yang dikhawatirkan adalah anak-anak jadi penasaran dan minta menonton serialnya langsung.
 
Baca juga:
Anak Punya Media Sosial, Ajarkan 6 Hal Ini
4 Kesalahan yang Harus Dihindari Saat Mengajak Anak Nonton Film
Lakukan 3 Hal Ini Setelah Mengajak Anak Menonton Film
 
LTF
FOTO: SHUTTERSTOCK

 


Topic

#usiasekolah #parenting #squidgame

 





Video

Lindungi Anak dari Kejahatan Pedofilia


Polling

Squid Game Bukan untuk Anak-Anak, Orang Tua Jangan Kecolongan

Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia