Anak Tidak Nafsu Makan, Mungkinkah Cacingan?


Tahukah Ma, Indonesia merupakan daerah endemis cacingan, dimana sebanyak 60-80% penderitanya adalah anak sekolah dan balita. Penyakit yang bersumber dari binatang cacing ini lebih mudah menyerang anak-anak, karena kurangnya kesadaran untuk menjaga kebersihan dan daya tahan tubuh masih rendah. Apalagi jika anak senang main di tanah.

Data dari Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan menunjukkan rata-rata prevalensi cacingan di Indonesia mencapai 28,12%. Namun, angka ini kurang menggambarkan kondisi sebenarnya karena di banyak daerah, tingkat prevalensi cacingan berada di atas 50%. Misalnya di Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah, tingkat prevalensi cacingan adalah 76,67%, yang merupakan angka tertinggi dari seluruh provinsi di Indonesia.

Kemudian menyusul Jeneponto Sulawesi Selatan dengan 70,50 %, Lebak Banten 62%, dan Batanghari Jambi 58,18%. Angka tersebut merupakan pengolahan data dari prevalensi cacingan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2002-2013.

Bagaimana dengan Jakarta? Ternyata predikat kota metropolitan tidak lantas terbebas dari risiko penyakit cacingan. Persentase prevalensi untuk provinsi DKI Jakarta, kabupaten Jakarta Timur adalah 48,73%. Hampir sama dengan provinsi Bali 50,27%.

Kurang menjaga kebersihan menjadi penyebab utama anak terkena cacingan. Namun bisa juga karena tertular karena telur atau larva cacing sangat mudah menyebar. Menurut dr. Rospita Dian, Head of Medical Affairs, PT Johnson & Indonesia yang ditemui di acara media workshop bersama Combantrin, 17 Oktober 2017 di Jakarta, jika satu orang di rumah terkena cacingan, maka semua anggota rumah itu juga harus minum obat cacing.

Baca juga : Cacingan Sebabkan Kecerdasan Anak Menurun 

Mengenai gejala anak cacingan, dr.Rospita mengatakan bahwa seringkali tidak tampak gejala yang spesifik pada anak cacingan, sehingga kerap tidak terdiagnosis. Namun jika diperhatikan feses/tinja anak cacingan dapat ditemukan cacing maupun darah.

Anda tentu akan kesulitan jika harus mengecek tinja anak setelah ia buang air besar. Namun Anda dapat memerhatikan gejala yang umum terjadi ini:
  • Kurang nafsu makan, lesu, perut buncit
  • Berat badan turun
  • Nyeri perut, mual-mual, muntah
  • Diare atau sembelit
  • Keluar cacing dari mulut atau dubur. Jika penyebab cacingan adalah jenis cacing kremi, telur biasanya dapat ditemukan di sekitar dubur.
  • Kadang disertai gatal di sekitar anus
Jika menemukan gejala tersebut terjadi pada anak, Anda dapat langsung memberikan ia obat cacing yang mengandung bahan aktif pirantel pamoat. Cara kerja obat ini adalah melumpuhkan cacing dalam usus anak, kemudian membuangnya melalui saluran cerna.

Untuk mencegah cacingan pada anak, selain menjaga kebersihan dengan cuci tangan menggunakan sabun, minum air bersih, dan selalu memakai alas kaki saat bermain di luar, anak juga perlu minum obat cacing secara berkala, minimal 2 kali setahun. (Alika Rukhan)

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia