5 Cara Bijak Memahami dan Merespons Kenakalan Anak


 

Ada udang di balik batu, barangkali inilah yang dapat menggambarkan alasan kenakalan anak. Nancy S. Buck, Ph.d., psikolog perkembangan yang fokus pada parenting mengatakan bahwa anak-anak menunjukkan perilaku buruk atau nakal karena mereka sedang menghadapi masalah atau ada sesuatu yang mereka butuhkan.
 
Sayangnya, anak-anak belum memahami bagaimana cara lain untuk menyampaikan masalah tersebut selain menunjukkan perilaku buruk. Intinya, mereka sedang menunjukkan bahwa mereka punya masalah, bukan ingin menjadi masalah.
 
Amy McCready, pakar pengasuhan pendiri Positive Parenting Solutions mengibaratkan relasi antara kenakalan dengan respon orang tua sebagai “keranjang perhatian.” Menurut Amy, anak-anak polos, sederhana, dan membutuhkan perhatian.
 
Jika orang tua tidak merespon  "keranjang perhatian" itu dengan perhatian positif, anak-anak akan mencari perhatian apapun yang bisa mereka dapatkan, bahkan perhatian negatif. Mereka akan memicu kemarahan orang tua dengan berperilaku negatif atau nakal. “Karena bagi seorang anak, bahkan perhatian negatif adalah deposit dalam keranjang perhatian,” ujarnya.
 
Nah, bila si kecil Anda secara konsisten menunjukkan perilaku negatif, Anda bisa mengatasinya dengan:
 
1. Tahan untuk Tidak Menghukum
Kalau sudah membaca apa sebab si kecil menunjukkan kenakalan, maka Anda tentu akan berpikir ulang untuk menghukumnya, bukan? Bonnie Harris, M.S., Ed., konsultan parenting sekaligus direktur Connective Parenting mengatakan, “Hukuman adalah seperti taktik manipulatif yang digunakan untuk membuat anak-anak melakukan apa yang kita inginkan.” Hukuman tidak akan mengembangkan karakter dan empati anak-anak. Anak-anak tidak akan belajar apapun melalui ketakutan dan kekerasan.  
 
2. Duduk Bersama
Jadi, alih-alih memberi hukuman, ada baiknya Anda duduk bersama untuk menanyakan masalahnya. Tanyakan apa kesulitan yang ia alami. Hindari untuk terjebak hanya melihat masalah yang ia ciptakan saja, melainkah selalu lihat alasan apa di baliknya. Setelahnya, bantu ia menganalisa dan mencari pemecahan masalahnya bersama-sama.
 
3. Gunakan Konsekuensi Alami
Bila si kecil tidak menunjukkan perubahan baik, Anda bisa membuatnya mengalami konsekuensi alami. Konsekuensi dapat membuat anak-anak merasakan bahwa apa yang mereka perbuat punya dampak yang harus mereka tanggung. Hanya saja, biasakan diri Anda untuk selalu menerapkan konsekuensi alami. Heidi Smith Luedtke, psikolog dan penulis buku Detachment Parenting : 33 Ways to Keep Your Cool When Kids Melt Down mengatakan bahwa kesalahan orang tua adalah sering kali tergoda untuk merekayasa konsekuensi, misalnya mengambil ponsel dan mencabut hak nonton TV. Akan tetapi, menurutnya hal tersebut tak akan berdampak positif.
 
Heidi menjelaskan bahwa yang disebut dengan konsekuensi alami adalah sebab-akibat yang berlaku atas apa yang ia perbuat. Misal, bila anak selalu menolak membersihkan kamar, maka biarkan mainannya hilang. Bila anak tidak mau ikut makan bersama, maka biarkan ia kelaparan hingga jam makan berikutnya datang. Seiring berjalannya waktu, anak-anak akan memiliki cara untuk mengubah perilakunya karena merasakan sendiri akibatnya.
 
4. Cara Mencegah: Selalu Isi “Keranjang Perhatian”
Mengambil terminologi Amy, untuk mencegah agar anak tidak berperilaku negatif, maka isilah “keranjang perhatiannya.” Selalu luangkan waktu 10 menit sebanyak 1-2 kali sehari dengan memainkan permainan yang mereka pilih atau baca buku favorit mereka. Biarkan semua itu berlangsung tanpa gangguan apapun, misal ponsel atau TV. “Ketika Anda mengisi keranjang perhatian anak-anak Anda secara positif dan proaktif, anak-anak akan menjadi lebih kooperatif dan kecil kemungkinannya untuk mencari perhatian dengan cara negatif,” pungkas Amy.
 
 
Baca juga:
Bila Anak Berbuat Nakal
Cara Hadapi Anak Nakal
Anak Tenang di Sekolah, Nakal di Rumah
5 Cara Mengendalikan Amarah Anak
Lakukan Ini Saat Marah Pada Anak
 
 
(LELA LATIFA)
FOTO: FREEPIK
 

 

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia