Ajarkan Anak Mengenal Aturan

Anak-anak memiliki energi lebih untuk mencoba banyak hal. Sayangnya, kadang-kadang aktivitas yang dipilih cenderung mengganggu orang lain atau membahayakan dirinya. Misalnya, berlari-larian di lorong supermarket, menendang-nendang kursi depan saat naik pesawat, dan masih banyak lagi. Saat melihat kejadian tersebut, tak semua orang tua lantas mengoreksi perbuatan anaknya. Beberapa memilih ‘membiarkan’ atau bergumam, “Ya, namanya juga anak-anak”. Tanpa disadari, sikap permisif ini menjadi tolok ukur batasan yang dipahami anak sebagai aturan sosial. Jangan heran, ketika dewasa nanti ia cenderung tak sensitif dengan kesalahannya sendiri.
 
Anak Perlu Belajar Sejak Dini
Sejak usia dini, anak harus belajar mengenai aturan. Dimulai dari kegiatan sederhana seperti selalu makan sambil duduk bukan dengan jalan-jalan di luar rumah, atau tak berteriak jika menginginkan sesuatu.
 
Lima tahun pertama umur anak adalah usia emas ia belajar apa pun termasuk kesopanan dan aturan. Mengajarkan kesopanan selepas usia tersebut akan lebih sulit karena anak sudah memiliki pemikiran sendiri dan tak mudah menerima masukan dari luar.
 
Dan, ingat, perilaku anak tumbuh dari pembiasaan yang terasa langsung olehnya, baik dari orang sekitar maupun orang tua. Jika ingin anak menjadi tertib, orang tua harus mencontohkan lebih dahulu.
     
Baca juga: 5 Trik Mendisiplinkan Balita dengan Cepat

Lari-larian di Supermarket atau Mal

Anak-anak terutama balita senang bergerak bebas. Melihat supermarket, department store atau mal yang luas, anak langsung berinisiatif mengeksplorasinya sambil bermain. Pilihan termudah, berlari-larian ke sana ke mari.

Sebaiknya...
Ajak anak menerima ‘aturan ikut mama berbelanja’. Misal, kalau di supermarket tidak boleh lari-larian, tapi boleh membantu mama mengambilkan barang belanjaan. Buat perjanjian sebelum ke pusat perbelanjaan. Berikan alasan dan alternatif kegiatan yang boleh dilakukan.
  
Risiko...
Ada banyak bahaya mengintai seperti kemungkinan kecelakaan saat menabrak troli orang lain atau tertimpa barang-barang yang ada di rak. Bahaya lain, anak jadi tidak kenal batasan. Ingat, masa kanak-kanak merupakan masa paling baik, ketika anak mulai mengenal dan terbiasa dengan batasan.
 
Baca juga: Mainkan Ini Bersama Anak Saat di Supermarket

Berteriak-Teriak di Tempat Ibadah

Orang tua mengajak anak ke tempat ibadah karena ingin anak rajin beribadah. Sayangnya, ia justru berteriak-teriak di lingkungan tempat ibadah, sehingga mengganggu orang yang sedang beribadah.
 
Sebaiknya...
Beri pengertian apa yang semestinya dilakukan di tempat ibadah dan makna tempat ibadah itu sendiri. Tanamkan jika anak harus menghormati orang lain yang sedang beribadah. Ingatkan berulang-ulang saat mengajaknya ke tempat ibadah maupun di lain hari.

Risiko...
Selain mengganggu orang yang sedang beribadah, kelak anak juga tidak mengenal batasan kesopanan di tempat ibadah.
 
Baca juga: Anak Tenang di Rumah Ibadah. Lakukan 7 Trik Ini!

Berlarian dalam Bus Saat Field Trip

Saat di perjalanan wisata bersama sekolah, anak berlarian di dalam bus. Bisa jadi karena anak belum paham batasan yang boleh dan tak boleh dilakukan dalam perjalanan tersebut.

Sebaiknya...
Baik orang tua maupun guru memberikan batasan tegas sebelum anak-anak mengikuti field trip. Selain itu, beri gagasan aktivitas yang dapat dilakukan selama di perjalanan seperti main tebak-tebakan atau bernyanyi bersama.
 
Risiko...
Anak yang berlarian di bus dapat mengganggu konsentrasi pengemudi sehingga dapat  mencelakai seluruh penumpang. Atau, jika pengemudi mengerem mendadak, anak bisa jatuh dan cedera. Di luar itu, anak bisa kelelahan sebelum melakukan kegiatan utama saat field trip, sehingga jadi tak bisa menikmatinya.
 
Baca juga: Pilih Mobil Jemputan Sekolah Anak

Menendang-Nendang Kursi Depan Saat di Bioskop atau Pesawat

Biasanya, anak melakukan hal ini karena terlalu bersemangat atau senang sehingga bereaksi dengan gerakan lebih aktif. Tentu saja hal ini mengganggu orang yang duduk di kursi tersebut.

Sebaiknya...
Beri tahu anak batasan saat duduk di pesawat atau bioskop sebelum berangkat menonton atau naik pesawat. Di kesempatan lain, ajak anak membayangkan jika dirinya mendapat perlakuan yang sama. Tanamkan jika hal tersebut tidak menyenangkan bagi siapa pun.

Risiko...
Jika tak diingatkan, ini bisa memicu konflik dengan orang lain. Jika tak diberitahu hal tersebut salah, anak tidak akan mampu mengendalikan diri maupun memenuhi tuntutan lingkungan ia berada.

Menyerobot Antrean di Area Bermain

Umumnya, anak menyerobot antrean karena belum mengerti konsep antre atau belum bisa mengelola emosi dengan baik saat menginginkan sesuatu. Ingat, tidak sabaran merupakan sifat dasar anak yang muncul ketika ia terlalu ingin segera mendapatkan sesuatu.

Sebaiknya...
Ajarkan pada anak, jika memiliki kepentingan sama dengan anak lain sebaiknya ia rela mengantre agar bisa mendapatkan hal tersebut bersama-sama. Membiasakan anak mengantre bisa dimulai dari rumah. Misal, mengantre untuk mendapatkan segelas susu atau puding cokelat kesukaan. Dengan mengajari anak tertib antre atau menunggu giliran, anak akan mendapat pelajaran penting tentang kepentingan bersama.

Risiko...
Anak sulit diterima lingkungan hingga dicap sebagai tukang serobot.
 
Baca juga: Yuk, Latih Kesabaran Anak untuk Menunggu!

Berebut Mainan Sampai Mencakar

Anak-anak terutama balita, memiliki keterbatasan kata dan cara mengekspresikan pikiran. Makanya mereka mudah melakukan kekerasan fisik saat menginginkan sesuatu. Tentunya ini bukan perilaku yang bisa ditolerir.

Sebaiknya...
Segera tenangkan anak dan jauhkan dari temannya. Lalu, alihkan perhatiannya dengan mengajaknya melakukan hal lain yang disukai. Saat anak sudah tenang, ajarkan cara menyelesaikan masalah rebutan mainan. Jika perkelahian kembali terjadi, orang tua perlu mengintervensi dengan tindakan tegas seperti mengambil mainan tersebut sampai mereka bisa bermain bersama atau bergantian.

Risiko...
Anak belajar cara yang salah dalam mengatasi konflik. Anak juga mendapat persepsi yang salah, jika ia akan selalu mendapat apa yang dimau.
 
 
Baca juga:
7 Kesalahan Orang Tua Mendisiplinkan Anak
7 Kalimat Efektif Mendisiplinkan Anak [Part 1]
7 Kalimat Efektif Mendisiplinkan Anak [Part 2]
Salah Strategi Disiplin? Bisa Diperbaiki, kok!
 
(LAILI DAMAYANTI)
KONSULTASI:  PSIKOLOG VERA ITABILIANA HADIWIDJOJO, S.PSI., PSI.
FOTO: SHUTTERSTOCK
Updated: November 2021

 


Topic

#balita #pengasuhananak #parenting #parentingstyle

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia