3 Prinsip Menumbuhkan Anak yang Bertanggung Jawab

bagaimana menumbuhkan anak bertanggung jawab


Anak-anak tak selamanya hidup bersama orang tua. Suatu hari nanti, akan ada saat di mana mereka memproklamasikan ‘keberadaannya’ untuk hidup sendiri dan tidak lagi menjadi satu kesatuan dengan Anda, orang tuanya. Mereka akan membuat keputusan sendiri dan menyelesaikan masalahnya sendiri.
                          
Tugas Anda sebagai orang tua adalah membekali mereka keterampilan untuk semua hal yang mereka butuhkan untuk bertahan di kehidupannya kelak. Salah satu hal yang sangat penting untuk diajarkan sejak dini adalah kemampuan untuk bertanggung jawab. Tanggung jawab sangat dibutuhkan agar seseorang mampu mencapai kesuksesan.
 
Baca juga: 6 Ciri Orang Tua yang Membesarkan Anak Sukses
 
Salah satu cara untuk mengajarkan anak bertanggungjawab adalah dengan membuat mereka memahami akibat dari keputusan yang mereka ambil. Hal tersebut dapat diajarkan dengan beberapa prinsip di antaranya:
 

1. Tidak Menghukum
Lho, terus bagaimana mereka bisa belajar tanggung jawab dan disiplin kalau tidak pernah dihukum?
 
James Lehman, M.S.W., pakar pengasuhan pendiri Empowering Parents mengatakan, “Hukuman bukanlah cara yang efektif untuk mengubah perilaku, juga bukan cara yang konstruktif untuk menegaskan otoritas Anda sebagai orang tua.”
 
Lehman menyatakan bahwa hukuman menempatkan anak-anak sebagai pihak yang seolah-olah patut menerima ‘balasan’. Anak-anak tidak akan belajar apa pun dalam kondisi tertekan.
 

2. Memberlakukan Konsekuensi Alami
Tidak menghukum bukan berarti membiarkan anak-anak melanggar peraturan. Sebaliknya, Lehman merekomendasikan untuk menerapkan konsekuensi. Menurutnya konsekuensi dimaksudkan untuk mengajarkan atau memodifikasi perilaku dengan cara yang positif. “Ini berbeda dari hukuman karena hukuman adalah pembalasan,” tegas Lehman.
 
Dengan memberi konsekuensi, orang tua tidak bermaksud menyakiti anak hingga mereka jera melainkan memberikan mereka kesempatan untuk belajar bahwa apa yang mereka ambil bisa memimbulkan implikasi yang merugikan bagi mereka sendiri.
 
Baca juga: 3 Alasan Keliru untuk Tidak Memberikan Konsekuensi pada Anak
 
 
Membuat konsekuensi tidak bisa sembarangan. Konsekuensi yang memiliki dampak positif dan membangun adalah yang logis atau selalu berkaitan dengan perilaku si kecil. Misalnya, anak-anak tidak mau meletakkan seragam sekolah mereka di keranjang pakaian kotor sepulang sekolah. Berikan konsekuensi dengan tidak melakukan tugasnya itu. Dengan demikian, artinya seragam tidak akan pernah dicuci dan ia akan merasakan sendiri akibat dari perilakunya, yakni pergi ke sekolah dengan seragam kotor. Mereka akan mampu berpikir, “Oh, begini ya akibatnya kalau aku tidak melakukan aturan meletakkan pakaian kotor di keranjang?” Dari pengalaman itu, mereka belajar untuk bertanggung jawab.
 

3. Menyeimbangkan Konsekuensi dan Apresiasi
Lehman menuturkan bahwa gaya pengasuhan yang hanya berisi konsekuensi tanpa apresiasi dapat melukai hubungan Anda dengan anak Anda. Oleh karenanya, Anda perlu menyeimbangkan konsekuensi dengan apresiasi. Bila si kecil sudah dapat menunjukkan perubahan sikap beberapa kali sebagai hasil dari penerapan konsekuensi, maka Anda patut memberikannya apresiasi.
 
Baca juga: 10 Pujian Terbaik untuk Anak
 
Misalnya saja, anak Anda sudah menunjukkan bahwa ia mampu tidak melanggar jam malam selama sebulan berturut-turut. Sebagai bentuk apresiasi, Anda bisa menghadiahinya dengan menambah jam malam. Ini adalah bentuk komunikasi bahwa ia sudah bisa semakin dipercaya. Dengan demikian, ia akan belajar manfaat dari menjadi bertanggung jawab dan akan semakin bertanggung jawab di kemudian hari.
 
 
Baca juga:
3 R, Aturan Memberi Konsekuensi kepada Anak
4 Penghambat Kemandirian Balita
Gaya Pengasuhan yang Menumbuhkan The Resilient Kids
6 Langkah Orang Tua Mendorong Anak Menuju Sukses di Era Modern
 
 
LTF
FOTO: FREEPIK

 


Topic

#usiasekolah #parenting #parentingstyle

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia