Aktivitas Online Anak SD, Atur 2 Hal Ini!

bagaimana membatasi aktivitas online anak SD


Anak-anak generasi alfa adalah mereka yang tumbuh dengan teknologi digital dan internet di dalam genggamannya. Semua hal itu memiliki manfaat positif bagi anak-anak. Manfaat itu kian terasa di masa pandemi seperti ini, ketika mereka membutuhkan perangkat tersebut untuk sekolah online.
 
Akan tetapi, Hanlie Muliani, M.Psi, Psikolog Anak dan Remaja Pendiri Sahabat Orangtua & Anak mengatakan, “Kalau misalnya tidak ada batasan, itu akan memberikan dampak negatif pastinya.”
 
Menurut Hanlie, kemampuan fungsi eksekutif otak anak usia SD atau praremaja belum benar-benar berkembang sempurna sehingga mereka belum bisa dilepas tanpa aturan atau supervisi sama sekali, termasuk dalam hal aktivitas online.
 
Jika demikian, aturan apa saja yang harus dibuat oleh orang tua untuk mengatur aktivitas online anaknya? Hanlie menyampaikan bahwa pada dasarnya, aturan penggunaan digital pada anak-anak memuat dua hal, yakni batasan waktu dan batasan konten.
 

  • Batasan Waktu
Untuk batasan waktu, Anda tidak bisa terlalu menerapkan micromanaging kepada anak-anak praremaja seperti saat mereka balita dulu. Buat saja kesepakatan bersama anak. Ada 4 Manfaat Mengajak Anak Membuat Kesepakatan, lho. Jangan sampai karena kecanduan browsing, scrolling, atau main game online, mereka jadi lupa waktu.
 
Caranya, berdayakan mereka untuk membuat jadwalnya sendiri yang berisi pukul berapa mereka mau pegang gadget dan berapa lama. Ketika menentukan sendiri, mereka akan terdorong untuk menepatinya. Sampaikan juga waktu-waktu ‘terlarang’ bagi mereka untuk memegang gadget seperti saat sedang sekolah daring, makan bersama keluarga, dan sejam sebelum tidur. Jangan sampai juga anak-anak Anda jadi seorang phubber yang mengabaikan orang lain karena ponsel.
 
Bila anak lupa waktu, orang tua bertugas melakukan supervisi untuk mengingatkan anak. Orang tua juga bisa mengingatkan anak bahwa manusia hanya diberi 7x24 jam untuk menyeimbangkan seluruh aspek kehidupannya termasuk aspek studi, keluarga, pertemanan, kesehatan, rohani, dan lainnya. “Jadi, bukan cuma scrolling atau nge-game terus,” cetus Hanlie.
 
Pelajari manajemen waktu anak sekolah yang baik di sini.
 
  • Batasan Konten
Menurut Hanlie, ini tidak bisa dilakukan dengan mudah. Ia berkata, “Mereka sekarang canggih-canggih banget, lho. Kita tutup (akses) ini, tutup itu, mereka cari sendiri cara untuk bukanya. Hanlie mengingatkan bahwa orang tua tidak mungkin jadi polisi bagi anak-anaknya selama 24 jam.
 
Oleh karenanya, Hanlie berpendapat bahwa yang paling dibutuhkan dalam hal ini adalah mengedukasi anak. Anak perlu diedukasi mengenai mengapa mereka tidak boleh memberikan informasi pribadi di internet, mencantumkan lokasi, mengikuti tren yang berisiko membuat mereka jadi korban kejahatan. Tak hanya itu, anak-anak juga perlu diajarkan berbagai macam etika digital agar mereka terlindungi dari risiko cyber bullying.
 
Mereka juga perlu mengetahui bahwa tidak semua YouTuber dengan jumlah follower tinggi selalu benar. “Value yang dia sampaikan belum tentu sesuai dengan keluarga kita atau bahkan keluarga kita,” ujarnya. Hal ini mengajarkan anak bahwa mereka harus selalu cek ulang informasi yang diperolehnya.
 
Baca juga: Anak Juga Bisa Diajarkan Mengenali Berita Hoax di Internet
 
Hanlie mengatakan bahwa ketika anak teredukasi dengan baik, maka mereka akan tahu alasan di balik aturan yang dibuat oleh orang tua. Jika mereka hanya diberi aturan tanpa dijelaskan, maka anak-anak praremaja sangat mungkin hanya mengabaikan, menganggap orang tuanya tidak mengerti keinginannya, atau bahkan melawan.
 
Prinsipnya, aturan ini dibuat bukan untuk mengekang anak, melainkan untuk melindungi anak dari risiko penggunaan internet seperti penipuan atau cyber crime maupun kemungkinan cyber crime, serta akses informasi yang tidak tepat dan termasuk pornografi.
 
Bila orang tua menginstal aplikasi untuk memantau gadget anak, maka hal ini juga harus dikomunikasikan ke anak. Tujuannya adalah agar semua saling menghormati dan dapat membangun kepercayaan.
 
Untuk menyampaikan aturan ini pun, Mama-Papa harus mencari momen yang tenang dan perhatikan intonasi serta ekspresi, ya. “Nggak usah ngegas setiap saat. Ketegasan bukan kekerasan,” ujar Hanlie mengingatkan. Dengan demikian, anak jadi lebih bisa menerima.
 
Baca juga:
Pentingnya Mengenalkan Aturan Digital Pada Anak-anak
10 Tanda Anda Seorang Phubber, Mengabaikan Orang karena Ponsel
Bila Anak Kepergok Bergosip Lewat Ponsel
Ada Foto Syur di HP Anak?
 
LTF
FOTO: FREEPIK



 


Topic

#usiasekolah #parenting #parentingstyle #gadget #digitalnative #digitalparenting

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia