Mengajar Anak Memilih Pemimpin


 

“Aku nggak suka sama dia.” Pernah tidak mendengar ini dari si kecil saat ia bercerita tentang pemilihan ketua kelas, ketua ekstrakurikuler, atau kapten klub? “Suka atau tidak suka” masih sering menjadi alasan anak-anak untuk memilih, bahkan dalam memilih pemimpin. Padahal harusnya tidak seperti itu.

Wayne Parker, konselor parenting di Utah sekaligus penulis buku Power Dads: The Ten Basic Principles Successful Fathers Use to Raise Responsible and Happy Children mengatakan bahwa anak-anak perlu diajarkan untuk menjadi pemilih yang rasional sejak kecil, terutama dalam hal pemilihan pemimpin.

Parker memberikan beberapa panduan yang bisa digunakan orang tua untuk mengajarkan anaknya bagaimana cara memilih pemimpin yang baik:

Tentang Hak Memilih
Parker mengatakan membuat anak-anak memahami bahwa mereka memiliki hak untuk memilih sangat penting. Semua orang di sebuah kelompok memiliki hak untuk memilih. Memilih artinya memberikan kepercayaan Anda untuk diwakilkan oleh seseorang yang menurutnya paling kompeten.
 
Pentingnya Memilih
Anak-anak perlu tahu mengapa penting untuk berpartisipasi aktif dalam pemilihan. Dengan turut memilih, ketua ekstrakurikuler, misalnya, mereka sedang memperjuangkan seseorang yang menurut mereka dapat menjalankan visi kelompok dengan baik dan membuat tim ekstrakurikulernya menjadi berprestasi. Orang-orang yang menurut mereka memiliki kapasitas tersebut, harus didukung.
 
Bicarakan Masalah
Anda bisa masuk kepada masalah yang ada untuk membahas tentang pemimpin yang tepat. Misalnya saja soal kebijakan di kelas, sistem latihan, masalah yang dihadapi tim eksktrakurikuler dan lainnya. Tantang mereka melihat lebih dalam dan menganalisis. Beri tahu mereka bahwa masalah-masalah tersebut harus dihadapi dan diperbaiki oleh pemimpin yang terpilih. Itu adalah cara yang bagus untuk membuat mereka mengembangkan pandangan dan nilai-nilai politik mereka. Mereka dapat membuat kesinambungan antara masalah yang ada dengan kapasitas calon.
 
Tetap Netral
Penting bagi orang tua untuk netral dan tidak memaksakan pilihan atau pendapat terkait dengan pemilihan umum. Ingat bahwa anak-anak memilih untuk dirinya sendiri. Sehingga pilihan Anda tidak akan memengaruhi apa pun. Semakin orang tua mempromosikan atau bahkan memaksakan pilihannya, secara tidak sadar, akan menghambat keterampilan anak untuk menilai. 
 
Dorong Obyektifitas
Alih-alih memaksakan pendapat, dorong mereka untuk mengutarakan pendapat pribadinya. Bantu ia memahami mengapa teman-teman di kelompoknya bisa saling tidak sepaham dan punya pilihan yang berbeda. Dorong mereka menemukan informasi obyektif tentang kandidat untuk membuat pertimbangan sebelum memilih. Menjadi obyektif adalah hal yang penting untuk dipelajari oleh anak-anak sebagai bagian dari pemilihan.
 
Tidak Menjelekkan
Anda mungkin mengetahui suatu hal buruk tentang salah satu calon. Namun, bukan berarti Anda bisa menjelekkannya di depan si keci. Tugas Anda adalah memberitahu anak-anak untuk menilai kelebihan dan kekurangan masih-masing calon.
 
Ketika si kecil semakin terlatih menilai dan menganalisis, ia akan memiliki pendapat yang kuat dan pertimbangan yang obyektif. Dengan begitu, ia akan belajar menjadi pemilih yang baik.
 
Baca juga:
Melindungi Anak dari Informasi Negatif Menjelang Pemilu (Bagian 1)
Melindungi Anak dari Informasi Negatif Menjelang Pemilu (Bagian 2)
6 Kesalahan Orang Tua Membicarakan Politik dengan Anak (Bagian 1)
6 Kesalahan Orang Tua Membicarakan Politik dengan Anak (Bagian 2)
Politik Pilkada Mengancam Rasa Toleransi Anak
Ajari Anak Pendidikan Politik
 
 
(LELA LATIFA)
FOTO: FREEPIK
 

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia