Mengenal Imunoterapi, Harapan Baru Pasien Kanker

imunoterapi kanker


Apa yang ada di benak Anda ketika mendengar kata ‘kanker’? Penyakit mematikan? Iya, kanker selalu identik dengan penderitaan dan kematian. Karena itu, ketika didiagnosis kanker, banyak orang yang merasa sangat terpukul, karena membayangkan penderitaan yang akan dilaluinya dan dihantui oleh kematian.
 
Namun, kecanggihan dunia medis yang terus-menerus dikembangkan, menjadikan kesembuhan dan harapan hidup lebih panjang bagi penderita kanker menjadi lebih mungkin terjadi.
 
Dalam rangka bulan Penyintas Kanker yang jatuh di bulan Juni, MSD Indonesia bersama Yayasan Kanker Indonesia (YKI) meluncurkan kampanye #HarapanBaru untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap tiga penyakit  kanker terbesar di Indonesia, yaitu kanker paru, payudara, dan serviks.
 
Menurut laporan Global Burden of Cancer Study (Globocan) 2020, jumlah kasus baru kanker paru, kanker payudara, dan kanker serviks di seluruh dunia mencapai lebih dari 5 juta dengan lebih dari 2,8 juta kematian. Sementara, jumlah kasus baru ketiga jenis kanker tersebut di Indonesia menurut laporan yang sama mencapai 137.274 dengan jumlah kematian 74.276. Artinya, tiap hari terdapat lebih dari 200 keluarga kehilangan anggota keluarganya akibat jenis kanker tersebut.
 
Baca juga: Serba-Serbi Kanker Paru, Penyebab Kematian Karena Kanker Tertinggi di Indonesia
 
Apa Itu Imunoterapi?
Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia, Prof. DR. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, SpPD-KHOM, FINASIM, FACP mengatakan bahwa kita perlu menyikapi tingginya kasus baru dan kematian akibat kanker paru, kanker payudara, dan kanker serviks di Indonesia, dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit tersebut, pencegahannya, termasuk semua opsi terapi sistemik.
 
Salah satu terobosan di dunia medis yang merupakan harapan baru bagi pasien kanker adalah adanya terapi pengobatan imunoterapi. Imunoterapi merupakan bentuk inovasi pengobatan kanker terbaru yang  dapat meningkatkan kemampuan sistem kekebalan tubuh individu untuk mengenali dan  menyerang sel kanker. Sel kanker memiliki  kemampuan 'menyamarkan' diri sehingga sulit dihancurkan oleh sistem  kekebalan tubuh. Dengan imunoterapi, sistem kekebalan tubuh dapat  ditingkatkan sehingga bisa mendeteksi sel kanker untuk dihancurkan.
 
Jika selama ini kita mengenal terapi kanker adalah dengan operasi (pembedahan), radioterapi, terapi hormonal, terapi target, dan kemoterapi, maka kini pasien kanker bisa juga mendapatkan imunoterapi. Namun, untuk menentukan terapi yang tepat, perlu dilakukan berbagai tes, karena tidak semua kanker memerlukan terapi yang sama, termasuk imunoterapi.
 
Kombinasi dengan Kemoterapi, Harapan Hidup Lebih Panjang
Hasil uji klinis menunjukkan pengobatan imunoterapi dapat membantu  menghentikan atau memperlambat pertumbuhan sel kanker, mencegah  kanker menyebar ke bagian tubuh lain dan membantu sistem kekebalan tubuh bekerja lebih baik dalam menghancurkan sel kanker.
 
Prof. Aru menjelaskan bahwa imunoterapi sebagai terapi lini pertama pada pasien dengan kanker paru bukan sel kecil (KPBSK) metastatik dan ekspresi PD-L1 dengan nilai tertentu, memberikan manfaat angka harapan hidup dua kali lipat lebih panjang dibandingkan standar pengobatan kemoterapi saja.
 
Pasien kanker paru stadium lanjut dan memiliki ekspresi PD-L1 dengan nilai tertentu, yang diterapi dengan  imunoterapi memiliki angka harapan hidup 5-tahun hingga 31,9%, empat kali lebih tinggi dibandingkan standar pengobatan kemoterapi dan  menurunkan angka risiko terjadinya efek samping berat hingga 22%.
 
Prof. Aru menyampaikan bahwa dengan perkembangan inovasi pengobatan, mulai tahun 2022 imunoterapi telah disetujui oleh Badan POM  untuk terapi kanker payudara subtipe triple negative (TNBC) stadium lanjut. Data uji klinis menunjukan bahwa satu dari dua pasien kanker TNBC mendapatkan manfaat dari terapi kombinasi imunoterapi dan kemoterapi.
 
“Kombinasi imunoterapi dengan kemoterapi sebagai pengobatan lini pertama bagi pasien TNBC  dengan tumor yang memiliki nilai ekspresi PD-L1 tertentu dapat mengurangi risiko kematian hingga 27% dibandingkan dengan pemberian kemoterapi saja,” lanjut Prof. Aru.
 
American Society of Clinical Oncology (ASCO) baru-baru ini menerbitkan pedoman medis bagi pasien kanker serviks yang telah mengalami kekambuhan atau metastasis. Data uji klinis  dari kombinasi imunoterapi dengan standar pengobatan sebelumnya dapat memberikan manfaat 35% lebih baik. Penyakit tidak mengalami perburukan dan memberikan angka harapan hidup 33% lebih lama dibandingkan dengan pemberian standar pengobatan sebelumnya saja. 
 
Mulai tahun 2022 di Indonesia, imunoterapi bagi pengobatan kanker serviks telah tersedia, khususnya bagi pasien yang didiagnosis dengan kanker serviks stadium lanjut. 

Baca juga: 
Serba-Serbi Vaksin Kanker Serviks yang Masuk Vaksin Wajib
 
Tetap Jaga Kesehatan Fisik dan Mental
Menurut Prof. Aru, imunoterapi telah tersedia di rumah sakit yang melayani pengobatan kanker. Namun, imunoterapi bukan obat dewa, yang bisa digunakan untuk semua jenis dan stadium kanker, dan tetap memiliki efek samping. Bahkan, tidak semua jenis kanker paru, kanker payudara, maupun kanker serviks dapat diterapi dengan imunoterapi. Pasien perlu berkonsultasi dengan dokter untuk pengobatan terbaik sesuai kondisi masing-masing pasien.
 
“Dalam perjuangan melawan kanker, pasien harus terus menjaga harapan, semangat, kesehatan mental dan emosional, didukung oleh keluarga dan lingkungan, serta tertib dalam menjalankan terapi dan pengobatan kanker sesuai arahan dokter agar kualitas dan harapan hidup dapat terus terjaga,” saran Prof. Aru.
 
Sementara itu, dalam kesempatan sama, George Stylianou, Managing Director MSD Indonesia, mengatakan, “Kami merasa terhormat memiliki kesempatan ini bersama dengan Yayasan Kanker Indonesia, untuk meluncurkan kampanye edukasi mengenai kanker, Berbagi #HarapanBaru. Bulan ini, saat para penyintas dirayakan dan dihormati, penting untuk mengingat peran penting memiliki harapan dalam upaya melawan kanker. Harapan adalah pendorong utama untuk menjaga semangat mempertahankan hidup dan keinginan untuk hidup,” kata George.
 
Ia juga mengungkapkan bahwa MSD berkomitmen untuk memberikan harapan kepada pasien kanker melalui penelitian dan obat inovasi kami di bidang onkologi. “Kami mengutamakan pasien dan memastikan obat kanker inovatif kami dapat diakses oleh pasien yang membutuhkan. Visi kami memberikan harapan kepada semua pasien kanker—harapan akan lebih banyak cara untuk mengobati kanker mereka, harapan akan lebih banyak kualitas dalam hidup mereka, harapan untuk lebih banyak waktu,” ujar George.
 
Baca juga:
Cegah Kanker Serviks, Anak Perempuan Kelas 5-6 SD Wajib Vaksin HPV
Harapan Kesembuhan Penderita Kanker Limfoma Hodgkin
Yuk, Deteksi Kanker Payudara dengan SADARI
 
Gracia Danarti
Foto: Shutterstock

 


Topic

#keluarga #kesehatan #kanker

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia