Merawat Anak dan Orang Tua Sekaligus, Ini 5 Tip Menjaga Kesehatan Mental Sandwich Generation

sandwich generation


Sandwich generation atau generasi roti lapis adalah mereka yang terhimpit untuk merawat generasi di atasnya yakni orang tua maupun mertuanya sekaligus generasi di bawahnya yaitu anak-anaknya sendiri. Tentu ini bukanlah hal yang mudah.
 
Banyak yang beranggapan bahwa istilah sandwich generation hanya mengacu pada persoalan finansial. Artinya, sandwich generation didefinisikan secara sederhana sebagai mereka yang harus membiayai anak-anak dan orang tuanya sekaligus. Padahal, tidak demikian. Merawat artinya adalah memenuhi kebutuhan fisik dan emosional sekaligus memerhatikan keinginan orang yang dirawat, bukan?
 
Tanggung Jawab Berlapis, Beban Berlapis
 
James Lyda, Ph.D., psikolog dan psikoterapis di New York, AS mengatakan bahwa hampir setengah dari orang dewasa yang terhimpit sebagai sandwich generation melakukan banyak kewajiban. Besarnya tanggung jawab mereka berdampai pada kesehatan fisik dan mentalnya. “Sandwich generation menghadapi tantangan kesehatan mental yang disebabkan oleh beban emosional, finansial, dan bahkan fisik dalam membesarkan anak-anak sambil juga merawat orang tua atau orang tua yang mungkin memiliki kemandirian terbatas (atau tidak sama sekali),” ujarnya.
 
Bagi Lyda, sandwich generation selalu berpacu dengan waktu. “Orang-orang ini mungkin merasa sulit, atau bahkan tidak mungkin, untuk menemukan cukup waktu dalam sehari untuk memenuhi tuntutan anak-anak, orang tua, pekerjaan, dan tugas hidup lainnya,” ucapnya. Hal inilah yang menurutnya akan menyisakan sedikit waktu yang cukup untuk olahraga, makan sehat, istirahat, tidur, waktu berkualitas dengan pasangan, dan kehidupan sosial yang kita tahu dapat berkontribusi pada kesehatan mental.
 
Baca juga: 7 Hal yang Harus Dilakukan Setiap Ibu untuk Menjaga Kesehatan Mental
 
Laura Koziej, MA, LCPC, terapis dari The Chicago School of Professional Psychology, AS mengatakan bahwa sandwich generation sering menghadapi kelelahan dalam menyeimbangakan banyak peran sekaligus. Tak jarang, mereka merasa terisolasi karenanya. “Sebagian besar waktu mereka berfokus pada merawat orang-orang di sekitar mereka dan merasa mereka tidak dapat mengalokasikan waktu untuk diri mereka sendiri, dan jika mereka melakukannya, ada rasa bersalah,” ujarnya.

Pada akhirnya, karena kurangnya perawatan diri dan istirahat memiliki konsekuensi fisik yang signifikan seperti sistem kekebalan tubuh yang lebih lemah, ketegangan pada jantung, dan obesitas karena tidak memiliki energi untuk berolahraga dan makan makanan sehat.
 
Baca juga: Frekuensi dan Durasi Olahraga yang Tepat
Ingin Keluarga Sehat, Jangan Lupakan 4 Pilar Gizi Seimbang
 
Lalu bagaimana cara menjaga kesehatan mental bagi para sandwich generation?
 
1. Prioritaskan Diri Anda
Anda mungkin berpikir bahwa prioritas Anda adalah merawat orang tua dan anak-anak. Akan tetapi, bagaimana kalau perspektifnya dibalik menjadi Anda harus memprioritaskan diri sendiri dulu agar dapat merawat orang tua dan anak-anak Anda dengan baik. Sama seperti Anda harus memakai masker oksigen sendiri terlebih dahulu sebelum memakaikan pada orang lain di pesawat ketika ada kondisi darurat dan kadar oksigen menurun.
 
“Saya tahu ini lebih mudah diucapkan daripada dilakukan, tetapi Anda harus melihatnya seperti ini: jika Anda hancur, Anda tidak akan bisa merawat siapa pun,” ucap Lyda. Oleh karenanya, Anda harus tetap cukup tidur, mengonsumsi makanan yang sehat, melakukan olah raga sesuai dengan waktu yang Anda miliki.

2. Ambil Me Time
Koziej mengatakan, "Anda mungkin tidak bisa menghilangkan stres, tetapi Anda bisa mengendalikannya.” Menurutnya. Anda tidak bisa menuangkan cinta bila gelas cinta Anda sendiri kosong. Me time itu tidak egois. “Dedikasikan setidaknya 10-15 menit sehari untuk diri sendiri di mana Anda dapat fokus pada diri sendiri dan terlibat dalam kegiatan seperti latihan pernapasan atau membaca. Pada akhirnya, aktivitas apa pun yang memperlambat tempo di sekitar Anda dan memberikan jeda,” sambungnya.

 3. Jujur pada Batasan Diri Sendiri
Sangat penting bagi Anda untuk jujur pada diri sendiri tentang batasan Anda. “Ini termasuk batas waktu, energi, dan kesehatan mental Anda, serta batas kompetensi Anda untuk memberikan perawatan yang diperlukan untuk mendukung kesehatan mereka,” imbuhnya.

“Tidak apa-apa untuk meminta bantuan,” kata Koziej. “Bahkan jika ini berarti meminta pasangan Anda untuk membantu atau meminta anak membantu pekerjaan rumah. Mendelegasikan tanggung jawab dapat menghemat waktu dan memberi Anda waktu istirahat yang layak Anda dapatkan!”
 
Baca juga: Untuk Papa: 7 Tip Menjadi Suami yang Lebih Baik
 
4. Atur Delegasi Tugas
Jika mau melihat sisi positifnya, Anda bisa menggunakan himpitan ini justru sebagai kesempatan untuk memperkuat ikatan keluarga. Misalnya, bila Anda memiliki anak kecil dan orang tua/mertua yang relatif sehat, Lyda menyarankan agar Kakek-Nenek dapat menjadi sumber bantuan pengasuhan anak saat Anda dan pasangan bekerja. Tak hanya itu, cara ini juga dapat membantu memangkas biaya pengasuh atau penitipan anak. Ketahui Aturan Menitipkan Anak pada Nenek dan Kakek
 
Sebaliknya, jika Anda memiliki anak yang lebih besar, mereka dapat dilibatkan dalam merawat kakek-nenek. “Ini adalah cara terbaik untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab, pelayanan, kewajiban terhadap keluarga, dan rasa hormat kepada yang lebih tua,” ucapnya.
 
Bila Anda memiliki orang tua dengan masalah demensia yang sangat butuh perawatan, tak ada salahnya untuk berbagi tugas dengan saudara lainnya. Setidaknya, bila mereka memang berhalangan, Anda bisa hanya menitipkan di saat Anda ingin pergi berlibur bersama pasangan dan anak-anak Anda atau sekedar couple time sejenak.
 
5. Berkata “Tidak”
Anda tidak harus menyelesaikan semuanya sendiri dengan sempurna. Anda boleh, kok, berkata “tidak” atau menunda tugas yang tidak esensial. Misalnya, Anda tidak harus mencuci semua perlengkapan bayi dengan tangan Anda sendiri. Anda bisa meminta bantuan pada pasangan atau mengirimnya ke jasa laundry sehingga Anda bisa mengerjakan tugas lain yang lebih penting seperti menemani anak bermain dan memberi stimulasi atau mengantarkan orang tua kontrol rutin ke RS. Salah satu tujuan berkata “tidak” adalah untuk menentukan prioritas Anda dan mencintai diri sendiri.
 
 
Baca juga:
5 Cara Bersyukur untuk Membangun Kebahagiaan
7 Tip Manajemen Keuangan untuk Sandwich Generation
9 Cara Mengatasi Mental Habit Yang Buruk
Sering Dituntut Serba Sempurna, Ini Tip Menjadi Ibu Bahagia dari Psikolog
5 Cara Bersyukur untuk Membangun Kebahagiaan
 
 
LTF
FOTO: FREEPIK


 


Topic

#keluarga #parentingstyle #parenting #pengasuhananak

 





Video

Lindungi Anak dari Kejahatan Pedofilia


Polling

Merawat Anak dan Orang Tua Sekaligus, Ini 5 Tip Menjaga Kesehatan Mental Sandwich Generation

Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia