7 Tanda Orang Tua Asyik

tip jadi orang tua asyik


Tidak sedikit cerita tentang orang tua toksik yang bisa menjadi tempat di mana seorang anak malah merasa sangat terancam dan tidak berharga di dalam keluarganya. Padahal, orang tua seharusnya menjadi tempat teraman dan ternyaman bagi setiap anak. Orang tua juga harus menjadi pilar yang mendukung seorang anak untuk tumbuh bahagia.
 
Baca juga: 7 Dampak Toxic Parent bagi Anak
 
Belakangan ini, semakin banyak orang tua yang asyik, yang tidak lagi menerapkan pengasuhan otoriter dan dianggap selalu benar. Mereka juga terbuka pada pandangan yang baru dan tidak terkungkung pada hal-hal yang dianggap tabu seperti soal seks atau keuangan yang sebetulnya perlu diketahui anak-anak
 
Sebetulnya seperti apa, sih, tanda orang tua yang asyik?
 

1. Menerima Emosi Setiap Anggota Keluarga
Tidak ada orang tua yang lebih baik dibanding ini. Orang tua yang baik bukanlah hanya mereka yang bisa memenuhi kebutuhan materi anak-anaknya, melainkan juga emosionalnya. Sangat penting untuk menerima dan memvalidasi emosi setiap anggota keluarga. Ini adalah sumber dari kesehatan mental setiap anggota keluarga.
 

2. Berusaha Menggali Minat dan Bakat Anak, Bukan Menentuknya
Orang tua yang asyik adalah yang berusaha menggali minat dan bakat anak. Orang tua yang asyik tidak semena-mena menentukan minat dan bakat anak. Mereka memberikan kesempatan bagi anak-anaknya untuk mengeksplorasi hal-hal yang mereka suka maupun di mana kelebihan mereka.
 
Dengan sabar dan penuh pehatian, orang tua yang asyik mencoba untuk mengamatinya sebelum kemudian mereka mengarahkan anaknya untuk lebih mengembangkan minat serta bakat anaknya. Ketahui caramenelusuri minat anak di sini.
 

3. Tidak Memaksakan Aktivitas pada Anak
Tidak sedikit anak-anak yang mengeluh karena terpaksa melakukan beragam aktivitas les, pelajaran tambahan, atau bergabung ke klub yang tidak mereka inginkan. Apalagi bila orang tuanya termasuk orang tua perfeksionis yang menuntut berbagai pencapaian.
 
Sejujurnya, mereka tak menikmati kondisi tersebut. Akan tetapi, mereka tidak bisa menyampaikan hal tersebut pada orang tuanya karena takut orang tuanya marah. Tak hanya itu, mereka juga khawatir mengecewakan orang tuanya. Ini adalah salah satu khas orang tua yang toksik.
 
Orang tua yang asyik justru sebaliknya, mereka tidak memaksakan anak-anak untuk mengikuti aktivitas pilihan orang tuanya. Mereka akan memberikan kesempatan bagi anak untuk menjelajahi aktivitas yang disukainya. Kesempatan ini juga akan membantu anak untuk mengenali diri sendiri dan menemukan potensinya.

Baca juga: Memilih Kursus Sesuai Minat Anak
 

4. Mengajarkan Sex Education
Masih banyak, lho, orang yang menganggap bahwa seks adalah hal tabu. Mereka beranggapan bahwa tidak seharusnya membicarakan seks dengan anak-anak karena belum cukup umur. Ini adalah salah satu mispersepsi tentang pendidikan seks.
 
Justru, anak-anak sejak dini seharusnya sudah diperkenalkan pada materi pendidikan seks. Bukan bagaimana hubungan seks, ya, tetapi mengenal anggota tubuhnya, mana yang boleh disentuh orang lain dan mana yang tidak boleh, bagaimana mama dan papa menghargai anak dengan meminta izin saat membersihkan kelamin dan anusnya setelah buang air, dan menyebutkan alat kelamin dengan benar (penis dan vagina, bukan sebutan kiasan). Ini bahkan juga perlu dilakukan sejak anak-anak masih bayi. Pendidikan seks sejak dini dapat menjaga anak-anak dari kejahatan seksual. Ketahui Tahapan Edukasi Seksualitas Sesuai Usia Anak agar bisa dipraktikkan di rumah.
 
Baca juga: 5 Alasan Pentingnya Pendidikan Seksualitas untuk Anak
 

5. Memberikan Literasi Keuangan
Bagi beberapa orang tua, keuangan juga termasuk hal yang dihindari. Beberapa berpikir bahwa belum saatnya anak-anak diajak berbicara soal uang. “Anak-anak harus fokus pada sekolahnya,” begitu pandangannya. Akan tetapi, di masa depan, anak-anak ini akan menghadapi situasi yang berat bila ternyata mereka harus ikut menanggung beban keuangan orang tua sebagai sandwich generation. Hal itu harus mereka lalui tanpa mengetahui riwayat keuangan orang tua sebelumnya.
 
Oleh karenanya, anak-anak juga perlu, lho, diajak berbicara tentang keuangan. Setidaknya, sejak dini, anak-anak harus tahu bahwa ketika mereka meminta dibelikan apa pun, misalnya mainan, uang tersebut diambil dari pos anggaran yang mana. Dan, kalau pun harga dari barang yang mereka minta tidak sesuai dengan pos anggaran tersebut, maka mereka juga harus diberitahu untuk sabar menunggu dengan cara menabung. Atau, mereka juga bisa diajarkan untuk melakukan sesuatu untuk menghasilkan uang sebagai tambahan.
 
Baca juga: Materi Keuangan Dasar untuk Anak: Kebutuhan, Bukan Keinginan
  

6. Membudayakan Baca Buku
Membaca buku bersama bisa menjadi salah satu medium memperkuat ikatan antara orang tua dan anak. Dr. Elisabeth Duursma, dosen senior bidang literasi anak usia dini di University of Wollongong, Sydney, Australia dari hasil penelitiannya menunjukkan bahwa aktivitas membaca dapat mendukung hubungan orang tua-anak yang solid. Ketahui manfaat membacakan anak buku sejak dini di sini.
 

7. Mengajarkan Digital Safety
Anak-anak kita adalah generasi alfa yang tumbuh dengan gadget dan internet dalam genggamannya. Orang tua yang asyik bukan mereka yang melarang atau membatasi anaknya mengakses gadget dan internet tanpa alasan. Orang tua yang asyik akan memberikan akses tersebut sesuai dengan kebutuhannya.
 
Akan tetapi, yang paling penting adalah mereka akan memberikan bekal berupa pengetahuan digital safety. Mengapa hal tersebut penting? Banyak kejahatan yang mungkin mengincar anak Anda di dunia maya, misalnya pencurian identitas, penculikan, predator seksual, atau cyber bullying. Oleh karenanya, ajarkan anak berbagai aturan digital dan juga etika bermedia sosial.
 
Baca juga:
8 Cara Menjaga Kesehatan Mental Anak
8 Tanda Orang Tua Overprotective
Orang tua Seperti Apa yang Meningkatkan Harga Diri?
7 Tanda Orang tua Anda Stres
3 Pakar Bicara Tantangan Pengasuhan Orang tua Modern
 
 
LTF
FOTO: FREEPIK

 


Topic

#keluarga #parentingstyle #parenting #pengasuhananak

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia